Puji dan syukur aku panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkatNyalah keputusan ini bisa dibuat.
Inilah keputusanku, inilah duniaku, inilah aku, dan tentu aku ucapkan selamat datang kepada Kalian yang baru saja mengikuti blog-ku atau menjadi new follower. Dan untuk follower lamaku, maafkan aku karena aku tidak bisa mempertahankan nama itu.
Inilah aku, aku yang sebenarnya tidak nyata, karena "aku" bukanlah aku yang sebenarnya. Aku memutuskan membuang namaku jauh-jauh dari segala media sosialku karena nama itu tidak pernah berarti. Satu hal yang tak pernah kusesali dari nama itu, nama itu telah membesarkanku dan selalu melekat pada diriku yang sebenarnya.
Sekarang yang kalian tau cukup satu hal. Aku adalah SHEINAFIYA NAMIDIA, kalian bisa memanggilku Nafi.
Di sini, aku berharap, apa yang aku tulis dapat berguna untuk kalian, selaku pengunjung blog-ku. Dan tak lupa aku ucapkan terima kasih bagi kalian yang telah menambah pundi-pundi viewersku dan meninggalkan komentar di blog-ku. Terima kasih, komentar dan masukan kalian tak pernah aku lupakan. :)
Latar Belakang
Apa kalian pernah merasakan ketiadaan kalian di dunia ini? Kalian ada, tapi kalian sebenarnya tak pernah ada. Tak satu pun di dunia ini yang merasakan keberadaan kalian, dan tak ada satu pun yang melihat kalau kalian benar-benar ada.
Sebelumnya aku tak pernah berpikir kalau ternyata aku sekecil ini. Sebelumnya aku tak pernah membayangkan bahwa menjadi kecil itu sangat menyakitkan. Dan tentu aku tak pernah berharap bahwa kejadian ini akan menimpaku.
Aku tau, menjadi kecil adalah pribadiku, tapi aku tak pernah menyangka bahwa aku sekecil ini. Tak pernah ada yang tahu apa yang telah aku lakukan, tak pernah ada yang mengakui bahwa itu adalah buatanku, itu adalah hasil jerih payahku. Tak ada satupun yang menyadari bahwa aku ada.
Baiklah, di sini aku memiliki beberapa kasus yang membuktikan bahwa aku tidak ada artinya walaupun aku telah berusaha untuk menjadi yang berarti.
Kasus 1:
Saat itu, buku auditingku dibagikan. Hal yang pertama orang-orang lakukan adalah membukanya lalu melihat nilainya. Tiba-tiba orang di depanku berteriak, "Aduh dapet excellent, ga nyangkalah dapet excellent, padahal aku kan ngerjainnya tadi pagi mana nyontek lagi. Aduh ibu baik banget ya"
Lalu, aku buka bukuku dan aku hanya mendapatkan nilai "Good" dengan penuh komentar. Aku kembali menutup bukuku, lalu menyibukkan diri dengan apapun, dan berusaha acuh pada semuanya. Bagaimana aku tak sedih, jika aku yang bekerja keras mengerjakan soal itu hanya mendapat good, dan orang yang menyalin dariku mendapat nilai "Excellent".
Kasus 2:
Teringat saat sahabatku memberikan komentar di posting-an lamaku. Postingan itu tentang kebencianku terhadap dosen akuntansi keuangan dan audit 1. Tiba-tiba sahabatku meninggalkan komentar pada postingan-ku itu. Kira-kira seperti inilah komentarnya: "Kamu ga salah dapet audit 'good'? Harusnya kamu 'excellent', orang tugas kamu tuh suka dicontekin ke orang lain."
Aku cuma tersenyum miris, membayangkan si dosen berjilbab besar yang menjunjung tinggi agama islam, malah tidak menerapkan ajarannya. Saat itu aku bingung aku harus menjawab apa, aku cuma berusaha tetap berdiri dan tetap bersemangat. Aku bukan tipe orang yang mudah meneteskan air mata
Kasus 3:
Waktu itu aku mendapat tugas mengerjakan database, lalu di sana ada perintah membuat menu bar. Aku membaca di salah satu blog bahwa ms.access 2010 dan 2013 tidak mendukung pembuatan menu bar. Lalu aku berbicara pada temanku bahwa ms. Access tidak mendukung pembuatan menu bar. Aku tidak mau berbicara langsung dengan dosenku, akhirnya aku meminta temanku saja yang berbicara dengan ada bukti bahwa menu bar tidak berlaku untuk ms. Access 2010 dan 2013. Akhirnya aku mengantar temanku itu, tapi sampai di sana akhirnya aku berbicara juga. Dan beberapa minggu kemudian saat dosenku berkata bahwa blog itu benar, hal yang ia ingat adalah nama temanku, bukan aku. Ya walaupun temanku memang nanya, aku juga ikut berbicara di situ, aku juga ada di situ, tapi mengapa dosenku tak menyebutkan "kemarin dua orang teman kalian ada yang nanya....." atau "kemarin ******* sama AKU ....."
Kasus 4:Saat tugas SIA mengenai database dikumpulkan secara mendadak, chairmate-ku meminta tugasku, aku memberinya. Tapi begitu ada temanku yang meminta tugas dari chairmate-ku. Dia begitu senang dan mengucapkan terima kasih begitu banyak. Sedangkan aku?
Kasus 5:
Sahabatku, Asti pernah memberikanku tweet tentang seorang fans dengan username
@snxy. Dia memang tidak memberiku percis, dia hanya menceritakan padaku bahwa dia menulis tweet yang intinya, dia itu hidup di dalam bubble,
You can see, but you can't touch. Awalnya aku tidak mengerti apa maksudnya. Dengan sabar Asti menjelaskan bahwa maksudnya adalah dia hanya bisa melihat idolanya saja, tidak untuk menyentuhnya, seperti bubble yang cuma bisa diliat, kalau kamu sentuh bakal ancur.
You can see, but you can't touch.
Mungkin kata-kata itu juga tepat untukku juga...
Tujuan
Dari empat kasus di atas, aku hanya ingin membuktikan bahwa aku pantas membuang jauh nama itu, aku pantas mengganti semuanya dan yang terpenting adalah untuk membuktikan bahwa aku ini tak berarti.
Rumusan Masalah
1. Sebenarnya siapa aku ini?
2. Apakah aku ini benar-benar ada?
Pembahasan
Nama ini muncul ketika aku mengenal kelima laki-laki tampan yang super sibuk dan selalu pergi ke luar negeri. Dari sanalah aku menciptakan seorang transalator yang menguasai seluruh bahasa internasional yang diakui oleh PBB. Ia bekerja di sebuah agen pariwisata sebagai pemandu wisata.
Kenapa harus jadi pemandu wisata? Karena saat itu aku tergila-gila dengan sejarah, dan aku baca "Bumi Cinta" karya kang Abik, dan di sana karakternya memperdalam sejarah, dan disanlah aku mengagumi betapa kerennya menjadi seorang ahli sejarah.
Nama... Saat itu aku berpikir nama apa yang pantas. Hmmm, "Mantan" kecenganku penggemar Sheryl Sheinafia. Hmmmm aku suka nama belakangnya, dan Aku menambahkan "y", jadilah Sheinafiya. Dan nama Namidia, entahlah berasal dari mana, nama itu langsung terlintas di pikiranku.
Sudah kukatakan, awalnya aku tak pernah punya pikiran bahwa aku akan mengganti semua media sosial-ku dengan nama itu, tapi semua kasus itu membuatku berpikir, untuk apa aku ada jika aku tak pernah dihargai? Semuanya memuncak saat kasus 3. Saat kasus ketiga muncul, aku hanya bisa diam dan memikirkan keberadaanku. Aku jadi tidak ingin semua orang mengenalku. Tak usah tau siapa aku. Sekeras apapun kau berusaha, kau tak pernah dihargai.
Sebenarnya aku tak butuh pujian, aku hanya butuh pengakuan. Aku hanya butuh penghargaan dan tentunya aku hanya ingin kalian mengingatku. Aku hanya ingin kalian tak melupakanku. Apa itu berlebih? Ternyata untuk menjadi orang yang diingat sangat sulit, padahal aku selalu ada di sekitar mereka. Hmmmm, Kalian tidak punya penyakit ilang ingatan atau apa kan? Apakah sulit mengingatku? Ah, tentu mengingat jauh lebih sulit dibandingkan membenci.
Belum sempat aku mengganti semua nama sosial mediaku, masalah baru datang menghampiriku.
Apa aku salah melakukan ini semua padahal apa yang aku lakukan adalah tujuan kita bersama. Ini adalah keinginan kita bersama.
Aku ingin menurunkan wali dosen sekaligus dosen akuntansi keuangan dan dosen auditku. Kubuat surat pernyataan bahwa aku dan teman-teman kelasku meminta permohonan agar wali dosenku itu tidak menjadi wali dosenku di tingkat 3. Aku membuat inisiatif ini karena aku tau teman-teman kelasku juga sudah muak dengan beliau. Awalnya kuminta dukungan dari teman-teman dekatku. Dan mereka menyutujuinya. Dengan tekad itulah aku membuat surat pernyataan itu. Kalau teman-teman kelasku tidak menyetujuinya, setidaknya ada 9 orang teman dekatku yang mendukungku dan akan menandatangani surat permohonan itu.
Akhirnya, surat permohonan itu telah kubuat dan ku print out. Aku membuat surat itu dengan bantuan kakakku. Dia kan seorang guru, jadi dia sudah handal untuk membuat hal semacam itu. Surat pun jadi dan aku memberikannya kepada ketua kelasku, karena kata kakakku, semua itu harus ditanda tangan terlebih dahulu oleh ketua kelas. Akhirnya, ketua kelasku, Tia, mau menandatangani surat itu. Akhirnya tibalah ke penandatanganan mahasiswa dan mahasiswi kelas 2 Ak-B. Aku tidak memaksa mereka untuk menandatanganinya. Karena aku tau, teman-teman dekatku mau menandatanganinya. Menurutku itu sudah cukup. Tapi ternyata, setalah surat kubuat 1/4 dari teman dekatku tidak menandatanganinya, dan jujur aku sangat kecewa pada mereka. Padahal mereka juga benci dengan dosen itu, bencinya melebihi kebencianku. Kenapa mereka masih memelihara kebencian mereka? Oh tidak, aku tau ada salah satu dari mereka yang tidak membenci dosen itu (entah tidak membenci atau tidak. Dibilang membenci dia biasa saja, dibilang tidak juga tidak, karena terkadang dia suka membicarakan dosen itu dan kesal terhadap si dosen. Entahlah). Dan dia adalah makhluk paling jenius di kelas kami. Dia tidak perlu memikirkan nilainya, karena dia selalu yang diunggulkan dan si dosen itu juga selalu membanggakannya. Tapi apakah ia tidak ingin membantu nasib orang-orang bego *kaya GUE* yang nilainya aja masih ngambang? bahkan udah jelas dapet C kali. Kali ini teori aku bener kan? ORANG JENIUS, ORANG PINTAR ga akan pernah dan ga akan mungkin bantuin ORANG BEGO!!!!! Kalau aku jadi orang pintar dan orang jenius aku pasti bakal mentingin orang-orang bego dan orang yang kurang beruntung dari aku. Hahaha, gue aja yang masih bego masih sempet kok bantuin orang lain. Aku inget gimana temen aku yang nanya-nanyain tugas database, padahal aku sendiri aja belum ngerjain. Aku inget gimana temen aku nanya-nanya tentang DFD, Flowchart, terus di sela-sela deadline yang udah mencekik urat nadi, aku masih sempet-sempetnya gambarin dia DFD, flowchart, padahal tugas aku aja belum selesei.
Permasalahanku tidak sampai di situ saja. Ternyata teman-teman kelasku tidak semuanya yang ingin menandatangani. Aku tau ada sebagaian orang yang menandatangani itu, dan aku sangat menghargainya. Guntur, Trendi, Niko, Debi. Makasih banyak udah mau nandatanganin itu. Awalnya mereka yakin sama dengaku bahwa surat itu akan ditandatangani oleh semua anak-anak kelas, tapi ternyata salah. Yang lain tidak ingin menandatangani dengan alasan yang menyebalkan, "Aku takut itu pengaruh sama nilai, nanti aja kalau udah nilai keluar baru dikasihinnya atuh."
Aku cuma pengen ketawa, "HA HA HA HA, LO kira kampus kita proses nilai secepat itu? Keburu kita masuk dan keburu tu dosen ngejabat lagi jadi wali kelas. Inget, dia pernah mendeklarasikan diri kalau dia akan meminta jurusan kalo kelas kita bakal dipegang lagi sama dia. LO nyelametin nilai diri lo sendiri. HHH, egois ya lo, padahal tugas aja lo suka nyontek, dan sekarang kalo lo dapet nilai bagus itu hasil kerja LO? Ups, lo kuliah aja itu bentuk kerja keras lo kan ya. GUE LUPA ITU!!!!"
Tapi, tolong, aku ga suka sama kalian yang terus ngomongin beliau dibelakang tapi kalian ga pernah berusaha untuk mengubahnya. Aku ga suka kalian terus-terusan nyontek, kepaksa ngerjain tugas yang beliau kasih, dan kalau taun ajaran baru kita masih dapet itu dan kalian masih ngeluh-ngeluh, sumpah, kalian tuh KETERLALUAN BANGET. Kalian ga ada usaha untuk merubahnya dan pantes kalian ngeluh-ngeluh? AKU BENCI KALIAN.
Padahal aku melakukan ini untuk kalian juga, aku bukan mementingkan diri pribadiku yang benar-benar muak dengan beliau. Aku melakukan ini karena aku melihat kebencian dari diri kalan terhadap beliau. Dan aku tidak ingin melihat kalian memelihara kebencian itu. Kalian boleh membencinya, tapi berusahalah untuk menghindarinya, dan berusahalah untuk keluar dari kebencian itu.
Taun depan aku hanya ingin mendengar keluhan kalian yang menandatangani surat penurunan yang kubuat, bukan dari kalian yang tidak berani menandatangani surat itu. Kalian yang menandatangani surat itu memang pantas mengeluh, karena usaha kalian belum berhasil. sedangkan kalian yang tidak? apa usaha kalian? Cuma hidup di tengah paksaan.
Itulah alasan mengapa aku ingin menghilangkan nama itu. Nama yang tak pernah orang hargai, nama yang tak pernah orang akui. Nama yang cuma "menumpang di daftar absensi". Padahal aku ingin sekali mendengar banyak orang mengucapkan terima kasih padaku setelah nyontek PR, atau berkata, itu hasil karyaku, atau "Aku juga liat dari ...". Tapi semuanya pada egois, semua menutup-nutupinya demi menunjukkan "INI HASIL GUE, KEREN KAN?"
Aku tak pernah menyembunyikan hasil karya orang lain. Komen di bawah ini kalau kalian pernah merasa aku telah menyembunyikan hasil karya orang lain. Teringat saat database, orang-orang ingin meminta dataku, aku selalu meminta izin pada chairmate-ku juga, karena bagaimana pun itu hasil karya kami, dan aku juga selalu meminta orang itu untuk meminta izin pada chairmateku, dan selalu ucapkan juga terimakasih pada chairmateku. Sekecil apapun karya orang lain, itu adalah sebuah karya, dan merupakan karya besar karena jika itu kecil, mengapa kamu tidak bisa membuatnya?
Mulai sekarang aku ingin membuang jauh-jauh nama itu. Biarlah orang tau aku sebagai Sheinafiya Namidia. Jika kalian ingin berucap terima kasih, ucapkanlah atas Sheinafiya dan aku akan sangat menghargai itu, tapi jika tidak, aku juga tidak akan memusingkannya karena Sheinafiya Namidia tidak pernah ada.
Simpulan
1. Aku bukan siapa-siapa dan tidak ada hal yang spesial dariku.
2. Masih banyak orang yang meragukan aku ada. Jadi aku hidup digaris abu-abu. Antara ada dan tiada
Intinya: Tak perlu tau siapa aku, karena kalian tak akan pernah tau siapa aku. Yang kalian tau hanyalah Sheinafiya Namidia. Tak perlu cari tau siapa aku, karena kalian tak mungkin mengenaliku.... Karena nama itu hidup pada duniaku yang tak bisa kalian sentuh. You can see, but You can't touch.....
Daftar Pustaka
1. Semua kejadian yang telah terjadi selama aku berada di tingkat 2 semester 2
2. Teman-temanku yang telah menyadarkanku siapa aku
3. Mrs. Jung yang udah menularkan virus babi terus pergi ga bertanggung jawab dan tweet dari snxy
4. @snxy, terimakasih atas filosofinya, aku kutip ya