Saturday, 17 September 2011

IRI AJA

~Latihan upacara....

H : Pembina upacara memasuki lapangan upacara
M : (maju menuju pembina upacara, karena dia jadi pembawa pancasila)
M : ih enak ya disana makan kripik

So? Kenapa? Situ iri?

Karena Teman

M : maaf ya, ari katanya telat

Oh, kalo temen sendiri dimaafin ya, kalau orang lain yang telat dimarahin?

Friday, 16 September 2011

Alasan itu Penting

Alasan itu sangat penting sodara sodara. Untuk itu mari kita belajar untuk mendengarkan alasan.

Aku ngerti, setiap orang pasti benci dengan yang namanya alasan. Saya juga begitu. Tapi saya sadar. Ga semuanya alasan itu buruk. 1 lagi jangan pernah menuduh semua alasan sama. Tiap orang itu berbeda, dan mempunyai alasan yang berbeda beda pula. Walaupun kita memang salah, apakah salah jika mendengar alasan?

KASUS:
Hari senin dikasih PR fisika dan dikumpulkan hari kamis.
~hari kamis
Guru fisika dateng pagi ke kelas, terus liat orang orang pada ngerjain pr. Hmm, dulu bilangnya menghalalkan segala cara, katanya nyontek juga gapapa. Tapi pas udah nyontek dibilang nyonteknya kurang pagi. Dan aku ga terima dikatain aku ngerjain di sekolah karena emang ga ngerjain. Dari 11 soal, aku cuma bisa ngerjain 9. 2 soal lagi ga bisa. Artinya, kemampuan aku itu ya cuma segitu. Ga ada kemampuan yang sempurna karena kita membutuhkan orang lain. Untuk apa allah memberi ilmu jika orang yang diberi ilmu tidak mau berbagi. Walaupun saya juga salah, tapi tolong dengarkan alasan. Seseorang bisa jatuh dan salah paham karena pendengaran.
Salah saya, otaknya gebleg banget ga ngerti soal begituan, udah tau kondisi otaknya gini tetep aja gamau digali *ya, ini kan bukan bidan saya.* Kalau mau tanya temen bisa sebelumnya kan? Dikasih pr tenggangnya 2 hari, harusnya bisa manfaatin 2 hari itu.

Pembelaan:
Pr bukan fisika aja, tugas bukan fisika aja. Hidup bukan untuk fisika aja.

Ga ada yang salah sama semuanya kalo kita sudah usaha

Setiap Cerita Memiliki Amanat

"ga ada cerita yang ga punya hikmah, amanat"

Kenapa?!?

Setiap orang membuat cerita, karena ingin menyampaikan sesuatu. Terkadang kita berpikir "apaan sih ini cerita, perasaan ga ada amanatnya." Kita salah berpikir seperti itu. Tidak semua amanat tertulis dalam cerita. Suatu cerita kadang membuat kita bingung untuk menentukan amanat. Ada tipe penulis yang langsung menulis amanatnya, tapi ada juga tipe penulis yang membuat pembacanya menyimpulkan sendiri hasil perjuangan dari masalah dengan adanya ending.
1. Berita merupakan suatu cerita yang memiliki amanat. Dengan adanya informasi kita dapat mengetahui apa yang harus kita lakukan dan tidak.
2. Eksposisi merupakan karangan berupa ajakan. Amanatnya,
kita tidak boleh melakukan hal hal yang telah dijelaskan dalam teks, maka dari itu teks mengajak kita melakukan sesuatu.
3. Narasi merupakan karangan yang ditulis secara berurutan. Amanatnya, perjuangan itu pasti ada akhirnya, dan semua masalah terjadi secara berurutan, tidak ada yang langsung terjadi begitu saja.
4. Novel atau cerpen merupakan karangan yang bersifat menghibur. Jika kita pahami dan telusuri setiap percakapan, setiap omongan yang diucapkan akan terbukti di akhir dan itu merupakan pelajaran bagi kita. Novel atau cerpen itu itu lebih dapat dipahami amanatnya, karena kita dibawa untuk terjun ke dalam cerita dan masalah.


~buat yang mau copas, pikir dulu! Ini 100% argumen saya. Jadi tidak ada teorinya~

payah

Tadi aku persentasi b.inggris, nah jujur aja ya, Aku ga bisa b.inggris dan nyesel banget ga bisa jawab pertanyaan dari temen. Aku bisa jawab, tapi ya dalam b.indonesia. Dan aku ngerti apa yang ditanyain, "apakah dalam narrative harus ada moral value?"
Buat yang baca, b.inggrisnya jelek jangan diketawain ya. Saya mencoba untuk menjawab dalam b.inggris walaupun dalam blog.

There isn't stories haven't moral value. What for we make stories if will not convey something. So, a story is made because the writer will convey something to the reader.

Sunday, 11 September 2011

Reformasi


Reformasi secara umum berarti perubahan terhadap suatu sistem yang telah ada pada suatu masa.
Di Indonesia, kata Reformasi umumnya merujuk kepada gerakan mahasiswa pada tahun 1998 yang menjatuhkan kekuasaan presiden Soeharto atau era setelah Orde Baru
Kendati demikian, kata Reformasi sendiri pertama-tama muncul dari gerakan pembaruan di kalangan Gereja Kristen di Eropa Barat pada abad ke-16, yang dipimpin oleh Martin Luther, Ulrich Zwingli, Yohanes Calvin, dll.

Latar belakang Reformasi

Krisis finansial Asia yang menyebabkan ekonomi Indonesia melemah dan semakin besarnya ketidak puasan masyarakat Indonesia terhadap pemerintahan pimpinan Soeharto saat itu menyebabkan terjadinya demonstrasi besar-besaran yang dilakukan berbagai organ aksi mahasiswa di berbagai wilayah Indonesia.
Pemerintahan Soeharto semakin disorot setelah Tragedi Trisakti pada 12 Mei 1998 yang kemudian memicu Kerusuhan Mei 1998 sehari setelahnya. Gerakan mahasiswa pun meluas hampir diseluruh Indonesia. Di bawah tekanan yang besar dari dalam maupun luar negeri, Soeharto akhirnya memilih untuk mengundurkan diri dari jabatannya.

Supersemar


Surat Perintah Sebelas Maret atau Surat Perintah 11 Maret yang disingkat menjadi Supersemar adalah surat perintah yang ditandatangani oleh Presiden Republik Indonesia Soekarno pada tanggal 11 Maret 1966.
Surat ini berisi perintah yang menginstruksikan Soeharto, selaku Panglima Komando Operasi Keamanan dan Ketertiban (Pangkopkamtib) untuk mengambil segala tindakan yang dianggap perlu untuk mengatasi situasi keamanan yang buruk pada saat itu.
Menurut versi resmi, awalnya keluarnya supersemar terjadi ketika pada tanggal 11 Maret 1966, Presiden Soekarno mengadakan sidang pelantikan Kabinet Dwikora yang disempurnakan yang dikenal dengan nama "kabinet 100 menteri". Pada saat sidang dimulai, Brigadir Jendral Sabur sebagai panglima pasukan pengawal presiden' Tjakrabirawa melaporkan bahwa banyak "pasukan liar" atau "pasukan tak dikenal" yang belakangan diketahui adalah Pasukan Kostrad dibawah pimpinan Mayor Jendral Kemal Idris yang bertugas menahan orang-orang yang berada di Kabinet yang diduga terlibat G-30-S di antaranya adalah Wakil Perdana Menteri I Soebandrio.
Berdasarkan laporan tersebut, Presiden bersama Wakil perdana Menteri I Soebandrio dan Wakil Perdana Menteri III Chaerul Saleh berangkat ke Bogor dengan helikopter yang sudah disiapkan. Sementara Sidang akhirnya ditutup oleh Wakil Perdana Menteri II Dr.J. Leimena yang kemudian menyusul ke Bogor.
Situasi ini dilaporkan kepada Mayor Jendral Soeharto (yang kemudian menjadi Presiden menggantikan Soekarno) yang pada saat itu selaku Panglima Angkatan Darat menggantikan Letnan Jendral Ahmad Yani yang gugur akibat peristiwa G-30-S/PKI itu. Mayor Jendral (Mayjend) Soeharto saat itu tidak menghadiri sidang kabinet karena sakit. (Sebagian kalangan menilai ketidakhadiran Soeharto dalam sidang kabinet dianggap sebagai sekenario Soeharto untuk menunggu situasi. Sebab dianggap sebagai sebuah kejanggalan).
Mayor Jendral Soeharto mengutus tiga orang perwira tinggi (AD) ke Bogor untuk menemui Presiden Soekarno di Istana Bogor yakni Brigadir Jendral M. Jusuf, Brigadir Jendral Amirmachmud dan Brigadir Jendral Basuki Rahmat. Setibanya di Istana Bogor, pada malam hari, terjadi pembicaraan antara tiga perwira tinggi AD dengan Presiden Soekarno mengenai situasi yang terjadi dan ketiga perwira tersebut menyatakan bahwa Mayjend Soeharto mampu mengendalikan situasi dan memulihkan keamanan bila diberikan surat tugas atau surat kuasa yang memberikan kewenangan kepadanya untuk mengambil tindakan. Menurut Jendral (purn) M Jusuf, pembicaraan dengan Presiden Soekarno hingga pukul 20.30 malam.
Presiden Soekarno setuju untuk itu dan dibuatlah surat perintah yang dikenal sebagai Surat Perintah Sebelas Maret yang populer dikenal sebagai Supersemar yang ditujukan kepada Mayjend Soeharto selaku panglima Angkatan Darat untuk mengambil tindakan yang perlu untuk memulihkan keamanan dan ketertiban.Surat Supersemar tersebut tiba di Jakarta pada tanggal 12 Maret 1966 pukul 01.00 waktu setempat yang dibawa oleh Sekretaris Markas Besar AD Brigjen Budiono.