Saturday, 4 September 2010

Pengobatan Kemoterapi

1. Pengobatan Konvensional

- Pengobatan dengan Kemoterapi

Prinsip kerja pengobatan ini adalah dengan meracuni atau membunuh sel - sel kanker, mengontrol pertumbuhan sel kanker, dan menghentikan pertumbuhannya agar tidak menyebar atau untuk mengurangi gejala-gejala yang disebabkan oleh kanker. Kemoterapi terkadang merupakan pilihan pertama untuk menangani kanker. Kemoterapi bersifat sistematik, berbeda dengan radiasi atau pembedahan yang bersifat setempat, karenanya kemoterapi dapat menjangkau sel-sel kanker yang mungkin sudah menjalar dan menyebar ke bagian tubuh yang lain. Penggunaan kemoterapi berbeda-beda pada setiap pasien, kadang-kadang sebagai pengobatan utama, pada kasus lain dilakukan sebelum atau setelah operasi dan radiasi. Tingkat keberhasilan kemoterapi juga berbeda-beda tergantung jenis kankernya. Kemoterapi biasa dilakukan di rumah sakit, klinik swasta, tempat praktek dokter, ruang operasi (walaupun jarang dilakukan) dan juga di rumah (oleh perawat, penderita sendiri, atau anggota keluarga lainnya). 

Efek samping kemoterapi adalah terjadi penurunan jumlah sel-sel darah (akan kembali normal sekitar seminggu kemudian), infeksi (ditandai dengan panas , sakit tenggorokan, rasa panas saat kencing, menggigil dan luka yang memerah, bengkak, dan rasa hangat), anemia, pendarahan seperti mimisan, rambut rontok, kadang ada keluhan seperti kulit yang gatal dan kering, mual dan muntah, dehidrasi dan tekanan darah rendah, sembelit/konstipasi, diare, gangguan sistem syaraf. 

- Pengobatan dengan Terapi Penyinaran (Radiasi)

Terapi radiasi biasanya dilakukan sebelum atau sesudah operasi untuk mengecilkan tumor. Radiasi dilakukan dalam usaha menghancurkan jaringan-jaringan yang sudah terkena kanker. 

Efek samping penyinaran adalah mual dan muntah, penurunan jumlah sel darah putih, infeksi/peradangan, reaksi pada kulit seperti terbakar sinar matahari, rasa lelah, sakit pada mulut dan tenggorokan, diare dan dapat menyebabkan kebotakan. 

- Pengobatan dengan pembedahan

Pembedahan merupakan bentuk pengobatan kanker yang paling tua. Beberapa kanker sering dapat disembuhkan hanya dengan pembedahan jika dilakukan pada stadium dini. 

- Pengobatan dengan terapi kombinasi

Untuk beberapa kanker, pengobatan terbaik merupakan kombinasi dari pembedahan, penyinaran, dan kemoterapi. Pembedahan atau penyinaran mengobati kanker yang daerahnya terbatas, sedangkan kemoterapi bertujuan membunuh sel-sel kanker yang berada diluar jangkauan pembedahan maupun penyinaran. Terkadang penyinaran atau kemoterapi dilakukan sebelum pembedahan untuk memperkecil ukuran tumor atau setelah pembedahan untuk menghancurkan sisa-sisa sel kanker yang mungkin tersisa.

2. Pengobatan Herbal 

Pengobatan herbal adalah suatu pengobatan menggunakan berbagai macam ekstrak dari tumbuh-tumbuhan (tanaman obat), contohnya, ekstrak dari keladi tikus (Extract Typhonium Flagelliforme) yang dikombinasikan dengan bahan alami lainnya yang diolah secara modern, yang dapat membantu detoxifikasi jaringan darah dan menstimulasi system kekebalan tubuh untuk bersama-sama memberantas sel kanker. Pengobatan herbal adalah salah satu alternatif pengobatan yang telah banyak terbukti keampuhannya selain pengobatan yang dilakukan secara modern/konvensional. 

Penggunaan herbal untuk mengobati kanker tidak muncul begitu saja. Ada beberapa pendekatan yang mendasari pengobatan dengan bahan baku tersebut, yaitu sebabagi berikut: 
1. Konsep dari hasil penelitian bahwa kanker bersifat reversible (bisa normal kembali) 

2. Konsep menghambat pertumbuhan kanker. Kanker tumbuh karena karsinogen dan lingkungan yang mendukung mutasi genetis pertumbuhan. Jika karsinogen dan lingkungan tersebut ditiadakan, pertumbuhan kanker akan terhambat. 

3. Konsep penuaan sel kanker. Jika pertumbuhannya dihambat, maka sel kanker tersebut tidak mempunyai kesempatan untuk berkembang, kemudian tua dan mati. 

4. Konsep memperkuat sel lain di sekitar kanker. Kanker berkembang dengan cara menyerang sel yang ada disekitarnya, sehingga dengan memperkuat sel sehat di sekitarnya akan terbentuk pertahanan sel yang dapat menahan sel kanker. 

Sumber : Dari berbagai sumber

Apa itu Limfoma???

Limfoma, apaan sih itu?” Kalimat seperti ini kerap kali terucap ketika seseorang mendengar istilah limfoma. Awam terhadap limfoma, membuat mereka juga kurang peduli pada penyakit ganas ini. Padahal, penyakit ini telah merenggut jutaan nyawa di seluruh dunia. Apa itu limfoma? Ini adalah suatu jenis keganasan (kanker) kelompok sel yang dikenal dengan nama sel limfosit. Sel ini berkembang dan membelah secara tidak normal sehingga menyebabkan terjadinya pembesaran kelenjar getah bening.

lymphoma-cancer

Sel limfosit beredar dalam pembuluh limfe (pembuluh getah bening). Di beberapa tempat, aliran getah bening ini membentuk tonjolan seperti biji kacang yang disebut kelenjar getah bening. Dalam kondisi normal, sel limfosit merupakan salah satu sistem pertahanan tubuh. Sementara sel limfosit yang tidak normal (limfoma) bisa berkumpul di kelenjar getah bening dan menyebabkan pembengkakan.

Karena itu, siapapun wajib mewaspadai bila merasakan adanya pembengkakan kelenjar getah bening, terutama pada leher, ketiak, atau pangkal paha. Apalagi jiwa pembekakan itu juga disertai dengan gejala penurunan berat badan lebih dari 10 persen dalam enam bulan, demam sampai sekitar 38 derajat celsius, banyak berkeringat pada malam hari, merasa cepat lelah, dan nafsu makan berkurang. Bila merasakan gejala-gejala ini, disarankan untuk segera memeriksakan diri ke dokter.

Perlu pula Anda tahu, sel limfosit ternyata tak cuma beredar di dalam pembuluh limfe. Sel ini juga beredar ke seluruh tubuh di dalam pembuluh darah. Karena itulah, limfoma bisa juga timbul di luar kelenjar getah bening. Dalam hal ini, yang tersering adalah di limpa dan sumsum tulang. Selain itu, bisa juga timbul di organ lain seperti perut, hati, dan otak.

Secara umum, kata dr Ronald A Hukom SpPD KHOM, konsultan hematologi dan onkologi medik dari Rumah Sakit Kanker Dharmais, Jakarta, limfoma terbagi dalam dua jenis, yaitu: limfoma non-hodgkin (LNH) dan limfoma hodgkin (LH). Data menunjukkan, angka kejadian LNH lebih sering dibandingkan LH. Keduanya memiliki gejala yang mirip. ”Perbedaannya terutama didasarkan pada hasil pemeriksaan biopsi jaringan tumornya,” kata Ronald.

Saat ini, sekitar 1,5 juta orang di dunia hidup dengan LNH, dan dalam setahun sekitar 300 ribu orang meninggal karena penyakit ini. Dari tahun ke tahun, jumlah penderita penyakit ini juga terus meningkat. Sekadar gambaran buat Anda, angka kejadian LNH telah meningkat 80 persen dibandingkan angka tahun 1970-an. Data juga menunjukkan, penyakit ini lebih banyak terjadi pada orang dewasa dengan angka tertinggi pada rentang usia antara 45 sampai 60 tahun. Makin tua umur, makin tinggi risiko terkena penyakit ini. Tapi secara umum, LNH bisa menyerang semua usia, mulai dari anak-anak sampai orang tua. Sementara dari sisi jenis kelamin, kasus LNH lebih sering ditemukan pada pria ketimbang wanita.

Bisa sembuh
Di Indonesia, limfoma merupakan jenis kanker nomor enam yang paling sering ditemukan. Menurut Prof Dr dr Arry Haryanto Reksodiputro SpPD KHOM, konsultan hematologi dan onkologi medik dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI)/Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, limfoma juga merupakan jenis kanker yang paling cepat berkembang menjadi berat. ”Penyakit ini butuh waktu paling singkat untuk menjadi berat. Bila tidak diobati, dalam waktu sekitar enam bulan penderita bisa meninggal dunia,” ujar Arry. Walau sangat ganas, penyakit ini bisa disembuhkan. Bahkan, sekitar 40 persen bisa sembuh dengan obat yang tidak mahal. ”Makin dini ditangani, makin besar kemungkinan untuk disembuhkan.” Selain itu, kemajuan teknologi kedokteran, juga makin memperbesar peluang kesembuhan.

Walau sudah dinyatakan sembuh, bukan berarti kanker ini tak bisa kambuh. Bahkan LNH termasuk jenis kanker yang seringkali kambuh. Karena itu, setelah terapi selesai, pasien tetap dianjurkan untuk memeriksakan diri ke dokter secara rutin untuk mengawasi atau mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya kekambuhan.
Lalu, apa sebenarnya penyebab timbulnya limfoma? Sejauh ini memang belum diketahui secara pasti. Namun, seperti dikatakan Ronald, ada beberapa faktor yang diperkirakan mempengaruhi atau mendorong timbulnya limfoma. Faktor-faktor itu antara lain: menurunnya daya tahan tubuh, infeksi virus, infeksi bakteri, paparan herbisida dan pelarut organik, diet tinggi lemak hewani, merokok, juga paparan sinar ultraviolet.

Walau ada gejala umum yang menjadi pertanda penyakit ini, namun setiap orang bisa merasakan keluhan dan gejala yang berbeda-beda. Karena itu, untuk mendiagnosis penyakit ini, dokter tak cukup hanya dengan melihat gejala yang dikeluhkan pasien, tapi juga didukung dengan serangkaian pemeriksaan seperti: biopsi jaringan tumor, tes darah, foto rontgen, ultrasonografi (USG), dan bila perlu dilakukan pula pemeriksaan sumsum tulang. Selain untuk menegakkan diagnosis, rangkaian pemeriksaan ini juga berguna untuk mengetahui tingkat penyebaran penyakit.

Saat melakukan pemeriksaan, dokter akan menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan itu. ”Penting diketahui bahwa diagnosis yang tepat amat diperlukan bagi keberhasilan pengobatan yang akan diberikan,” tutur Ronald. Untuk pengobatan LNH, tersedia beberapa jenis terapi yang bisa dilakukan yaitu: radioterapi, kemoterapi, imunoterapi, serta transplantasi sel induk darah. Terapi mana yang akan dilakukan, sangat tergantung pada beberapa hal, antara lain: jenis penyakit, sejauh mana penyebaran penyakitnya, lokasi yang terkena, kondisi fisik (kesehatan) pasien, dan usia.

Adakah upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit ini? Ronald mengatakan, karena sampai saat ini penyebab pasti dari limfoma belum diketahui, maka upaya yang dapat dilakukan adalah menghindari atau menurunkan faktor risiko, yaitu menjaga kebersihan diri dan lingkungan dari infeksi virus, bakteri, jamur, maupun parasit, menjauhkan diri dari paparan toksin (racun) lingkungan, menghentikan kebiasaan merokok, serta sebisa mungkin tidak mengonsumsi bahan-bahan atau makanan yang bisa memunculkan zat karsinogenik (pemicu kanker) di dalam tubuh.

sumber : sehatherbal.blogspot.com