Saturday, 2 April 2011

Gangguan pada ekresi dan pemanfaatan teknologinya

Macam-Macam Penyakit pada Ginjal

A. Gagal Ginjal

Penyakit Gagal Ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi organ ginjal mengalami penurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja sama sekali dalam hal penyaringan pembuangan elektrolit tubuh, menjaga keseimbangan cairan dan zat kimia tubuh seperti sodium dan kalium didalam darah atau produksi urine. Terjadinya gagal ginjal disebabkan oleh beberapa penyakit serius yang didederita oleh tubuh yang mana secara perlahan-lahan berdampak pada kerusakan organ ginjal.

1. Penyebab

Adapun beberapa penyakit yang sering kali berdampak kerusakan ginjal diantaranya :

  • Penyakit tekanan darah tinggi (Hypertension)
  • Penyakit Diabetes Mellitus (Diabetes Mellitus)
  • Adanya sumbatan pada saluran kemih (batu, tumor, penyempitan/striktur)
  • Kelainan autoimun, misalnya lupus eritematosus sistemik
  • Menderita penyakit kanker (cancer)
  • Kelainan ginjal, dimana terjadi perkembangan banyak kista pada organ ginjal itu sendiri (polycystic kidney disease)
  • Rusaknya sel penyaring pada ginjal baik akibat peradangan oleh infeksi atau dampak dari penyakit darah tinggi. Istilah kedokterannya disebut sebagai glomerulonephritis.

Adapun penyakit lainnya yang juga dapat menyebabkan kegagalan fungsi ginjal apabila tidak cepat ditangani antara lain adalah ; Kehilangan carian banyak yang mendadak ( muntaber, perdarahan, luka bakar), serta penyakit lainnya seperti penyakit Paru (TBC), Sifilis, Malaria, Hepatitis, Preeklampsia, Obat-obatan dan Amiloidosis.

Penyakit gagal ginjal berkembang secara perlahan kearah yang semakin buruk dimana ginjal sama sekali tidak lagi mampu bekerja sebagaimana funngsinya. Dalam dunia kedokteran dikenal 2 macam jenis serangan gagal ginjal, akut dan kronik.

2. Tanda dan Gejala Penyakit Gagal Ginjal

Adapun tanda dan gejala terjadinya gagal ginjal yang dialami penderita secara akut antara lain : Bengkak mata, kaki, nyeri pinggang hebat (kolik), kencing sakit, demam, kencing sedikit, kencing merah /darah, sering kencing. Kelainan Urin: Protein, Darah / Eritrosit, Sel Darah Putih / Lekosit, Bakteri.

Sedangkan tanda dan gejala yang mungkin timbul oleh adanya gagal ginjal kronik antara lain : Lemas, tidak ada tenaga, nafsu makan, mual, muntah, bengkak, kencing berkurang, gatal, sesak napas, pucat/anemi. Kelainan urin: Protein, Eritrosit, Lekosit. Kelainan hasil pemeriksaan Lab. lain: Creatinine darah naik, Hb turun, Urin: protein selalu positif.

3. Pengobatan dan Penanganan Gagal Ginjal

Seseorang yang mengalami kegagalan fungsi ginjal sangat perlu dimonitor pemasukan (intake) dan pengeluaran (output) cairan, sehingga tindakan dan pengobatan yang diberikan dapat dilakukan secara baik. Dalam beberapa kasus serius, Pasien akan disarankan atau diberikan tindakan pencucian darah {Haemodialisa (dialysis)}. Kemungkinan lainnya adalah dengan tindakan pencangkokan ginjal atau transplantasi ginjal.

B. Albuminuria

Penyakit albuminuria adalah suatu penyakit ginjal, dimana ditemukannya protein albumin di dalam urine. Dalam urine normal, protein albumin seharusnya tidak ditemukan. Akan tetapi karena adanya kerusakan pada ginjal, terutama pada bagian glomerulus, maka protein akan lolos dari sarinyan ginjal dan keluar melalui urine.

1. Penyebab

Ada banyak penyebab terjadinya penyakit ini, yaitu kurangnya asupan air ke dalam tubuh sehingga memperberat kerja ginjal. Selain itu, asupan protein, kalsium dan vitamin C yang terlalu berlebihan juga dapat membuat glomerulus harus bekerja lebih keras sehingga resiko terjadinya kerusakan juga akan lebih besar.

2. Gejala

Untuk penyakit yang ringan tidak ada gejala yang berarti. Namun, seiring dengan semakin beratnya penyakit, maka gejala yang timbul akan lebih jelas. Salah satu yang bisa dilihat dengan jelas adalah timbulnya oedem (pembengkakan berisi cairan) pada daerah – daerah tertentu. Oedem ini timbul karena kurangnya kadar protein albumin di dalam darah sehingga tekanan osmotic di dalam pembuluh darah semakin berkurang. Hal ini mengakibatkan cairan yang ada di pembuluh darah akan merembes ke jaringan – jaringan lain di luar pembuluh darah sehingga timbullah oedem.

3. Pencegahan

Untuk mengurangi resiko terjadinya albuminuria mungkin bisa dimulai dengan membiasakan diri minum 8 gelas sehari, walaupun sebetulnya tidak merasa haus. Selain itu pencegahannya juga dapat dilakukan dengan tidak mengonsumsi hanya salah satu zat gizi saja secara berlebihan (misalnya hanya protein atau kalsium saja). Artinya makanan yang kita makan juga haru seimbang, baik dari segi jumlah maupun kadar gizinya.

C. Hematuria

Hematuria adalah kehadiran sel-sel darah merah (eritrosit) dalam urin. Jika sel-sel darah putih ditemukan di samping sel-sel darah merah, maka itu adalah tanda infeksi saluran kemih.

Kadang-kadang "hemoglobinuria" digunakan pula untuk maksud yang sama, meskipun lebih tepatnya kata ini hanya mengacu pada adanya hemoglobin dalam urin.

1. Jenis

Perubahan warna merah pada urin dapat memiliki berbagai penyebab:

  • http://wapedia.mobi/thumb/7ef4502/id/fixed/171/147/MicroHematuria.JPG?format=jpgSel darah merah
    • Hematuria mikroskopis (darah dalam jumlah kecil, dapat dilihat hanya pada urine atau light microscope)

o Hematuria makroskopik (hematuria "terang" atau "kotor")

  • Hemoglobin (pigmen hanya merah, bukan sel-sel darah merah)
  • Pigmen-pigmen yang lain

2. Penyebab

Penyebab hematuria makroskopik (darah terlihat dalam urin) meliputi:

  • Benign Familial Hematuria, nefropati akibat membran basal glomerulus ginjal yang merenggang
  • Urinary Schistosomiasis (yang disebabkan oleh Schistosoma haematobium) - penyebab utama hematuria di berbagai negara Afrika dan Timur Tengah
  • IgA nefropathy ( "penyakit Berger") - terjadi selama infeksi virus pada pasien yang terpengaruh
  • Batu ginjal (atau kencing batu)
  • Kanker kandung kemih
  • Karsinoma sel ginjal, kadang-kadang disertai perdarahan
  • Paroxysmal nocturnal hemoglobinuria - penyakit langka dimana hemoglobin dari sel-sel hemolysed dilewatkan ke dalam urin.
  • Infeksi saluran kemih dengan beberapa spesies termasuk bakteri strain EPEC dan Staphylococcus saprophyticus
  • Sifat sel sabit dapat memicu kerusakan sejumlah besar sel darah merah, tetapi hanya sejumlah kecil individu menanggung masalah ini
  • Malformasi arteriovenosa ginjal (jarang, tapi mungkin terkesan seperti karsinoma sel ginjal pada pencitraan, karena keduanya sangat vaskular)
  • Sindrom nefritis (suatu kondisi yang terkait dengan pasca infeksi streptokokus dan berkembang cepat menjadi glomerulonefritis).
  • Fibrinoid nekrosis dari glomeruli (akibat dari hipertensi ganas atau hipertensi maligna)
  • Varises kandung kemih, yang mungkin jarang mengembangkan obstruksi sekunder dari v. kava inferior.
  • Alergi mungkin jarang menyebabkan hematuria gross episodik pada anak-anak.
  • Hipertensi vena ginjal kiri, juga disebut "pemecah kacang fenomena" atau "sindrom alat pemecah buah keras," adalah kelainan vaskular yang jarang terjadi, yang bertanggung jawab atas gross hematuria.
  • Pelvic Junction Ureteral Sumbatan (UPJ) adalah kondisi langka mulai dari kelahiran di mana ureter diblokir antara ginjal dan kandung kemih. Kondisi ini dapat menyebabkan darah dalam urin.
  • March hematuria - Seperti berkuda dan bersepeda jarak jauh.

D. Penyakit Diabetes Mellitus (DM)

Penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang juga dikenal sebagai penyakit kencing manis atau penyakit gula darah adalah golongan penyakit kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar gula dalam darah sebagai akibat adanya gangguan sistem metabolisme dalam tubuh, dimana organ pankreas tidak mampu memproduksi hormon insulin sesuai kebutuhan tubuh.

Insulin adalah salah satu hormon yang diproduksi oleh pankreas yang bertanggung jawab untuk mengontrol jumlah/kadar gula dalam darah dan insulin dibutuhkan untuk merubah (memproses) karbohidrat, lemak, dan protein menjadi energi yang diperlukan tubuh manusia. Hormon insulin berfungsi menurunkan kadar gula dalam darah.

1. Tanda dan Gejala Diabetes Mellitus

1. Peningkatan kadar gula darah, dimana peningkatan kadar gula dalam darah mencapai nilai 160 - 180 mg/dL dan air seni (urine) penderita kencing manis yang mengandung gula (glucose), sehingga urine sering dilebung atau dikerubuti semut.

2. Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria)

3. Sering atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia)

4. Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia)

5. Frekwensi urine meningkat/kencing terus (Glycosuria)

6. Kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya

7. Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan & kaki

8. Cepat lelah dan lemah setiap waktu

9. Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba

10. Apabila luka/tergores (korengan) lambat penyembuhannya

11. Mudah terkena infeksi terutama pada kulit.

Kondisi kadar gula yang drastis menurun akan cepat menyebabkan seseorang tidak sadarkan diri bahkan memasuki tahapan koma. Gejala kencing manis dapat berkembang dengan cepat waktu ke waktu dalam hitungan minggu atau bulan, terutama pada seorang anak yang menderita penyakit diabetes mellitus tipe 1.

2. Tipe Penyakit Diabetes Mellitus
1. Diabetes mellitus tipe 1

Diabetes tipe 1 adalah diabetes yang bergantung pada insulin dimana tubuh kekurangan hormon insulin,dikenal dengan istilah Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM). Hal ini disebabkan hilangnya sel beta penghasil insulin pada pulau-pulau Langerhans pankreas. Diabetes tipe 1 banyak ditemukan pada balita, anak-anak dan remaja.

Sampai saat ini, Diabetes Mellitus tipe 1 hanya dapat di obati dengan pemberian therapi insulin yang dilakukan secara terus menerus berkesinambungan. Riwayat keluarga, diet dan faktor lingkungan sangat mempengaruhi perawatan penderita diabetes tipe 1. Pada penderita diebetes tipe 1 haruslah diperhatikan pengontrolan dan memonitor kadar gula darahnya, sebaiknya menggunakan alat test gula darah. Terutama pada anak-anak atau balita yang mana mereka sangat mudah mengalami dehidrasi, sering muntah dan mudah terserang berbagai penyakit.

2. Diabetes mellitus tipe 2

Diabetes tipe 2 adalah dimana hormon insulin dalam tubuh tidak dapat berfungsi dengan semestinya, dikenal dengan istilah Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM). Hal ini dikarenakan berbagai kemungkinan seperti kecacatan dalam produksi insulin, resistensi terhadap insulin atau berkurangnya sensitifitas (respon) sell dan jaringan tubuh terhadap insulin yang ditandai dengan meningkatnya kadar insulin di dalam darah.

Ada beberapa teori yang mengutarakan sebab terjadinya resisten terhadap insulin, diantaranya faktor kegemukan (obesitas). Pada penderita diabetes tipe 2, pengontrolan kadar gula darah dapat dilakukan dengan beberapa tindakan seperti diet, penurunan berat badan, dan pemberian tablet diabetik. Apabila dengan pemberian tablet belum maksimal respon penanganan level gula dalam darah, maka obat suntik mulai dipertimbangkan untuk diberikan.

3. Pengobatan dan Penanganan Penyakit Diabetes

Penderita diabetes tipe 1 umumnya menjalani pengobatan therapi insulin (Lantus/Levemir, Humalog, Novolog atau Apidra) yang berkesinambungan, selain itu adalah dengan berolahraga secukupnya serta melakukan pengontrolan menu makanan (diet).

Pada penderita diabetes mellitus tipe 2, penatalaksanaan pengobatan dan penanganan difokuskan pada gaya hidup dan aktivitas fisik. Pengontrolan nilai kadar gula dalam darah adalah menjadi kunci program pengobatan, yaitu dengan mengurangi berat badan, diet, dan berolahraga. Jika hal ini tidak mencapai hasil yang diharapkan, maka pemberian obat tablet akan diperlukan. Bahkan pemberian suntikan insulin turut diperlukan bila tablet tidak mengatasi pengontrolan kadar gula darah.

E. Diabetes insipidus

Diabetes insipidus, DI adalah suatu penyakit dengan simtoma poliuria dan polidipsia. Jenis DI yang paling sering dijumpai adalah DI sentral, yang disebabkan oleh defisiensi arginina pada hormon AVP. Jenis kedua adalah DI nefrogenis yang disebabkan oleh kurang pekanya ginjal terhadap hormon dengan sifat anti-diuretik, seperti AVP.

1. Gejala

Simtoma klinis DI sangat mirip dengan simtoma pada diabetes mellitus, hanya pada DI tidak terjadi glikosuria, karena DI tidak mempunyai simtoma hiperglisemia.

2. Penyebab

Memberikan dampak pada nafsu makan dan masa pertumbuhan. Simtoma lain yang dapat terinduksi berupa demam, diare, mual, serta risiko dehidrasi dan defisiensi zat potasium, bahkan pada orang dewasa.

F. Nefrolithiasis (Batu Ginjal)

http://t2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcT5e2vltofXfGfg3DeiUBsPtqQ0Nw7xvCIDYXmIDYu-yVUi9joUb-sS_qqqXw

Batu pada saluran kemih menempati urutan ketiga penyebab penyakit pada saluran kemih setelah infeksi saluran kemih dan penyakit pada prostat. Batu saluran kemih merupakan agregasi polikristalin yang tersusun oleh sejumlah kristaloid dan matriks organik.

1. Tipe Batu

Tipe Batu

Frekuensi (%)

Rasio L:P

Radioopak

Bentuk Kristal

Penyebab

Kalsium oksalat

75-85

L>P

+++

Back of envelope atau dumb-bell

Hiperkalsiuria, hiperurikosuria, hiperparatiroidism, distal tubular renal asidosis

Kalsium fosfat

+++

Elongated

Asam urat

5-10

L>P

-

Rhaboidal

pH urin <<, hiperurikosuria

Struvite

5-10

L

+++

Staghorn

Coffin lids

Infeksi mikoorganisme yang memproduksi urease

Cystine

<1

L=P

+

Heksagonal

cystinuria

2. Gejala klinis

1. Nyeri (nyeri ginjal, ureter, dan buli-buli)

2. Hematuria

3. Infeksi (Infeksi yang terjadi mengubah peristaltis uretra karena bakteri-bakteri tersebut mengeluarkan toksin sehingga terjadi tanda-tanda inflamasi lokal.)

4. Demam

5. Mual dan Muntah

3. Pencegahan

1) Edukasi pasien

2) Identifikasi faktor risiko dan modifikasi

3) Ubah gaya hidup misalnya dengan menambah intake cairan sekitar 1,6 L/ 24 jam.

G. Infeksi Saluran Kencing

uchr_02_img0207.jpg

Infeksi saluran kencing atau ISK merupakan merupakan penyakit infeksi nomor 2 yang paling banyak menyerang manusia di muka bumi. Umumnya penyakit ini menyerang kaum wanita tapi sering juga ditemukan laki laki yang menderita ISK.

1. Penyebab

Secara normal, air kencing atau urine adalah steril alias bebas kuman. Infeksi terjadi bila bakteri atau kuman yang berasal dari saluran cerna jalan jalan ke urethra atau ujung saluran kencing untuk kemudian berkembang biak disana. Maka dari itu kuman yang paling sering menyebabkan ISK adalah E.coli yang umum terdapat dalam saluran pencernaan bagian bawah.

Pertama tama, bakteri akan menginap di urethra dan berkembang biak disana. Akibatnya, urethra akan terinfeksi yang kemudian disebut dengan nama urethritis. Jika kemudian bakteri naik ke atas menuju saluran kemih dan berkembang biak disana maka saluran kemih akan terinfeksi yang kemudian disebut dengan istilah cystitis. Jika infeksi ini tidak diobati maka bakteri akan naik lagi ke atas menuju ginjal dan menginfeksi ginjal yang dikenal dengan istilah pyelonephritis.

Mikroorganisme seperti klamidia dan mikoplasma juga dapat menyebabkan ISK namun infeksi yang diakibatkan hanya terbatas pada urethra dan sistem reproduksi. Tidak seperti E. coli, kedua kuman ini menginfeksi orang melalui perantara hubungan seksual.

2. Faktor resiko

Beberapa orang memang mempunyai resiko menderita ISK lebih besar dari yang lainnya. Ketidaknormalan fungsi saluran kemih menjadi biang keladinya. Batu saluran kemih, pembesaran prostat akan menghambat pengeluaran urine sehingga mempermudah perkembang biakan kuman.

Orang dengan diabetes juga rentan menderita ISK akibat dari penurunan daya tahan tubuh. Penyakit lain yang mempunyai efek menurunkan daya tahan tubuh juga merupakan faktor resiko terjadinya ISK.

Infeksi saluran kencing juga sering ditemukan pada anak anak yang dilahirkan dengan ketidak normalan saluran kemih.

Perempuan lebih rentan menderita ISK bila dibandingkan dengan laki laki mungkin dikarenakan saluran urethra yang lebih pendek dan ujung anus yang letaknya dekat dengan ujung urethra.

3. Gejala ISK

Gejala ISK yaitu sering kencing dan kesakitan saat kencing, rasa sakit sampai terbakar pada kandung kemih.

Pada perempuan merasakan ketidaknyamanan pada tulang kemaluan. Umumnya orang yang menderia ISK akan selalu ingin kencing tetapi kencing yang dikeluarkan sangatlah sedikit.

Air kencingnya sendiri bisa berwarna putih, cokelat, kemerahan. ISK tidak akan menyebabkan demam selama masih menginfeksi urethra dan kandung kemih, demam muncul bila ginjal sudah kena. Gejala lain saat ginjal terinfeksi adalah adanya rasa sakit pada punggung, mual, atau muntah.

4. Pengobatan ISK

Infeksi saluran kencing diobati dengan obat obatan antibiotika. Pilihan obat dan lamanya pengobatan terggantung dari lamanya infeksi dan jenis kumannya. Bila memang gejala diatas muncul, sebaiknya segera ke dokter untuk memperoleh pengobatan.

5. Pencegahan ISK

Beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mencegah ISK antara lain :

  • Minumlah banyak cairan setiap hari.
  • Segeralah kencing bila ingin kencing, jangan hobi menahan kencing.
  • Untuk perempuan saat cebok, basuhlah dari depan ke belakang bukan sebaliknya.
  • Pilihlah shower saat mandi dibandingkan dengan bath tub.
  • Bersihkan kelamin saat akan berhubungan intim.
  • Hindari penggunaan cairan yang tidak jelas manfaatnya pada alat kelamin. Cairan ini dapat mengiritasi urethra.


Pemanfaatan Teknologi untuk Menyembuhkan Gangguan Pada Ginjal


A. CUCI DARAH (Dialisa)

1. Definisi Dialisa

Dialisa adalah proses pembuangan limbah metabolik dan kelebihan cairan dari tubuh.

Dialisa banyak digunakan sebagai pencegahan pada gagal ginjal akut yang pembentukan kemihnya sangat sedikit dan dilanjutkan sampai pemeriksaan darah menunjukkan bahwa fungsi ginjal telah kembali. Pada gagal ginjal kronis, dialisa dilakukan jika hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa ginjal tidak mampu membuang limbah metabolik atau jika penderita tidak dapat lagi melakukan kegiatannya sehari-hari.

2. Macam – macam dialisa

Ada 2 metode dialisa, yaitu;

a. Hemodialisa

Hemodialisa adalah suatu teknologi tinggi sebagai terapi pengganti fungsi ginjal untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme atau racun tertentu dari peredaran darah manusia seperti air, natrium, kalium, hydrogen, urea, kreatinin, asam urat, dan zat-zat lain melalui membran semi permeable sebagai pemisah darah dan cairan dialisat pada ginjal buatan dimana terjadi proses difusi, osmosis dan ultra filtrasi.

Pada hemodialisa, darah dikeluarkan dari tubuh penderita dan dipompa ke dalam mesin yang akan menyaring zat-zat racun keluar dari darah dan kemudian darah yang sudah bersih dikembalikan lagi ke dalam tubuh penderita. Jumlah total cairan yang dikembalikan dapat disesuaikan.

b. Dialisa Peritoneal

Pada dialisa peritoneal, cairan yang mengandung campuran gula dan garam khusus dimasukkan ke dalam rongga perut dan akan menyerap zat-zat racun dari jaringan. Cairan tersebut kemudian dikeluarkan lagi dan dibuang.

a) Jenis Dialisis Peritoneal

1. Automated Peritoneal Dialysis (APD) = Dialisis Peritoneal Otomatis.

Metode APD dapat dilakukan di rumah, pada malam hari sewaktu tidur dengan menggunakan “mesin khusus” yang sudah diprogram terlebih dahulu.

2. Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD) = Dialisis Peritoneal Mandiri Berkesinambungan; CAPD tidak membutuhkan mesin khusus seperti pada APD.

Metode pencucian darah dengan mengunakan peritoneum (selaput yang melapisi perut dan pembungkus organ perut). Selaput ini memiliki area permukaan yang luas dan kaya akan pembuluh darah. Zat-zat dari darah dapat dengan mudah tersaring melalui peritoneum ke dalam rongga perut. Cairan dimasukkan melalui sebuah selang kecil yang menembus dinding perut ke dalam rongga perut. Cairan harus dibiarkan selama waktu tertentu sehingga limbah metabolic dari aliran darah secara perlahan masuk ke dalam cairan tersebut, kemudian cairan dikeluarkan, dibuang, dan diganti dengan cairan yang baru. Keunggulan CAPD;
1. Proses dialysis peritoneal ini tidak menimbulkan rasa sakit.
2. Membutuhkan waktu yang singkat, terdiri dari 3 langkah.

Pertama, masukkan dialisat berlangsung selama 10 menit

Kedua, cairan dibiarkan dalam rongga perut untuk selama periode waktu tertentu (4-6 jam)

Ketiga, pengeluaran cairan yang berlangsung selama 20 menit

Ketiga proses diatas dilakukan beberapa kali tergantung kebutuhan dan bisa dilakukan oleh pasien sendiri secara mandiri setelah dilatih dan tidak perlu ke rumah sakit.

b) Pemasangan Kateter untuk Dialisis Peritoneal

Sebelum melakukan Dialisis peritoneal, perlu dibuat akses sebagai tempat keluar masuknya cairan dialisat (cairan khusus untuk dialisis) dari dan ke dalam rongga perut (peritoneum). Akses ini berupa kateter yang “ditanam” di dalam rongga perut dengan pembedahan. Posisi kateter yaitu sedikit di bawah pusar. Lokasi dimana sebagian kateter muncul dari dalam perut disebut “exit site”.

c) Perawatan kateter dan Exit

Site:

1) Mandi setiap hari untuk menjaga kebersihan kulit, khususnya di sekitar exit site. Jangan mandi berendam.

2) Ganti pakaian dalam maupun pakaian luar setiap hari

3) Jangan gunakan bahan kimia, misalnya alkohol dan bahan yang mengandung klorida untuk membersihkan exit site atau kateter. Anda hanya boleh menggunakan sabun dan air untuk membersihkan exit site dan keteter

4) Jangan gunakan krim, salep, atau bedak tabur di sekitar exit site

5) Jaga posisi keteter krim agar tetap berada pada tempatnya (tidak tertarik, tertekuk, terputar, atau tersangkut) dengan menempelkannya pada kulit dengan bantuan plester.

Dialisa peritoneal tidak boleh dilakukan pada penderita yang:

- menderita infeksi dinding perut

- memiliki hubungan abnormal antara dada dan perut

- baru saja menjalani pencangkokkan pembuluh darah buatan di dalam perut

- memiliki luka baru di perut.

Pada peritoneal dialisa, yang bertindak sebagai penyaring adalah peritoneum (selaput yang melapisi perut dan membungkus organ perut). Selaput ini memiliki area permukaan yang luas dan kaya akan pembuluh darah. Zat-zat dari darah dapat dengan mudah tersaring melalui peritoneum ke dalam rongga perut. Cairan dimasukkan melalui sebuah selang kecil yang menembus dinding perut ke dalam rongga perut. Cairan harus dibiarkan selama waktu tertentu sehingga limbah metabolik dari aliran darah secara perlahan masuk ke dalam cairan tersebut. Kemudian cairan dikeluarkan, dibuang dan diganti dengan cairan yang baru. Biasanya digunakan selang karet silikon yang lembut atau selang poliuretan yang berpori-pori, sehingga cairan mengalir secara perlahan dan tidak terjadi kerusakan.

d) Teknik yang digunakan dalam dialisa peritoneal:

1. Dialisa peritoneal intermiten manual.

Merupakan teknik yang paling sederhana.
Sebuah kantong berisi cairan dipanaskan sesuai suhu tubuh, lalu cairan dimasukkan ke dalam rongga peritoneum selama 10 menit dan dibiarkan selama 60-90 menit, kemudian dikeluarkan dalam waktu 10-20 menit.Keseluruhan prosedur memerlukan waktu sekitar 12 jam.Teknik ini terutama digunakan untuk mengobati gagal ginjal akut.

2. Dialisa peritoneal intermiten dengan pemutar otomatis.

Bisa dilakukan di rumah penderita.Suatu alat dengan pengatur waktu secara ototmatis memompa cairan ke dalam dan keluar dari rongga peritoneum. Biasanya alat pemutar dipasang pada waktu tidur sehingga pengobatan dijalani pada saat penderita tidur. Pengobatan ini harus dilakukan selama 6-7 malam/minggu.

3. Dialisa peritoneal berpindah-pindah yang berkesinambungan.

Cairan dibiarkan di dalam perut dalam waktu yang lama, dan dikeluarkan serta dimasukkan lagi sebanyak 4-5 kali/hari.Cairan dikemas dalam kantong polivinil klorida yang dapat dikembangkempiskan. Jika kosong, kantong ini bisa dilipat tanpa harus melepaskannya dari selang.Biasanya cairan harus diganti sebanyak 3 kali, dengan selang waktu 4 jam atau lebih. Setiap pergantian memerlukan waktu 30-45 menit.

4. Dialisa peritoneal yang dibantu oleh pemutar secara terus menerus.

Teknik ini menggunakan pemutar otomatis untuk menjalankan pergantian singkat selama tidur malam, sedangkan pergantian yang lebih lama dilakukan tanpa pemutar pada siang hari.
Teknik ini mengurangi jumlah pergantian di siang hari tetapi pada malam hari penderita tidak dapat bergerak secara leluasa karena alatnya tidak praktis.

e)Komplikasi Dialisa Peritoneal

1. Perdarahan di tempat pemasangan selang atau perdarahan di dalam perut

2. Perforasi organ dalam pada saat memasukkan selang

3. Kebocoran cairan di sekitar selang atau ke dalam dinding perut

4. Penyumbatan aliran cairan oleh bekuan darah

5. Infeksi, baik pada peritoneum maupun di kulit tempat selang terpasang (menyebabkan terbentuknya abses). Infeksi biasanya terjadi karena prosedur dialisa yang kurang steril. Untuk mengatasi infeksi diberikan antibiotik.

6. Hipoalbuminemia

7. Sklerosis peritonealis (pembentukan jaringan parut di peritoneum), yang mengakibatkan penyumbatan parsial usus halus

8. Hipotiroidisme

9. Hiperglikemia, sering terjadi pada penderita kencing manis

10. Hernia perut dan selangkangan Sembelit.

3. Kapan Harus Cuci Darah
Cuci darah dilakukan jika gagal ginjal menyebabkan:

· Kelainan fungsi otak (ensefalopati uremik)

· Perikarditis (Peradangan kantong jantung)

· Asidosis (peningkatan keasaman darah) yang tidak memberikan respon terhadap pengobata lainnya.

· Gagal Jantung

· Hiperkalemia (kadar kalium yang sangat tinggi dalam darah)

B.Transplantasi ginjal (Cangkok ginjal)

Transplantasi ginjal adalah suatu metode terapi dengan cara "memanfaatkan" sebuah ginjal sehat (yang diperoleh melalui proses pendonoran) melalui prosedur pembedahan. Ginjal sehat dapat berasal dari individu yang masih hidup (donor hidup) atau yang baru saja meninggal (donor kadaver). Ginjal ‘cangkokan’ ini selanjutnya akan mengambil alih fungsi kedua ginjal yang sudah rusak.

Kedua ginjal lama, walaupun sudah tidak banyak berperan tetap berada pada posisinya semula, tidak dibuang, kecuali jika ginjal lama ini menimbulkan komplikasi infeksi atau tekanan darah tinggi.

1. Cara Kerja Transplantasi Ginjal

klik disini untuk memperbesar gambarProsedur bedah transplantasi ginjal biasanya membutuhkan waktu antara 3 sampai 6 jam. Ginjal baru ditempatkan pada rongga perut bagian bawah (dekat daerah panggul) agar terlindung oleh tulang panggul. Pembuluh nadi (arteri) dan pembuluh darah balik (vena) dari ginjal ‘baru’ ini dihubungkan ke arteri dan vena tubuh. Dengan demikian, darah dapat dialirkan ke ginjal sehat ini untuk disaring. Ureter (saluran kemih) dari ginjal baru dihubungkan ke kandung kemih agar urin dapat dialirkan keluar.

Transplantasi ginjal tidak dapat dilakukan untuk semua kasus penyakit ginjal kronik. Individu dengan kondisi, seperti kanker, infeksi serius, atau penyakit kardiovaskular (pembuluh darah jantung) tidak dianjurkan untuk menerima transplantasi ginjal karena kemungkinan terjadinya kegagalan yang cukup tinggi

2. Pasca Tranplantasi Ginjal

Transplantasi Ginjal dinyatakan berhasil jika ginjal tersebut dapat bekerja sebagai ‘penyaring darah’ sebagaimana layaknya ginjal sehat sehingga tidak lagi memerlukan tindakan Dialisis (cuci darah).

3. Mencegah Reaksi Penolakan (Rejeksi) terhadap ginjal Baru

Karena ginjal ‘baru’ ini bukan merupakan ginjal yang berasal dari tubuh pasien sendiri, maka ada kemungkinan terjadi reaksi tubuh untuk menolak ‘benda asing’ tersebut.

http://www.sahabatginjal.com/images/transpalansi2.jpgUntuk mencegah terjadinya reaksi penolakan ini, pasien perlu mengonsumsi obat-obat anti-rejeksi atau imunosupresan segera sesudah menjalani transplantasi ginjal. Obat-obat imunosupresan bekerja dengan jalan menekan sistem imun tubuh sehingga mengurangi risiko terjadinya reaksi penolakan tubuh terhadap ginjal cangkokan.

Obat imunosupresan dapat membuat sistem imun (daya tahan tubuh terhadap penyakit) menjadi lemah sehingga mudah terkena infeksi. Efek samping lainnya dari imunosupresan: wajah menjadi bulat, berjerawat, atau tumbuh bulu-bulu halus pada wajah, juga dapat menyebabkan peningkatan berat badan. Beritahu dokter jika Anda mengalami efek-efek samping seperti ini untuk segera ditangani secara tepat.

2 comments:

Comment = respect = encourage ^^
Thank you ♥♥♥♥♥