Wednesday, 20 April 2011

Kokain dan Dampaknya

A. Pengertian Kokain

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/3/38/Cocaine-3D-balls.png/220px-Cocaine-3D-balls.pnghttp://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/9/90/Cocaine-2D-skeletal.svg/220px-Cocaine-2D-skeletal.svg.pngKokaina adalah senyawa sintetis yg memicu metabolisme sel menjadi sangat cepat. Kokaina merupakan alkaloid yang didapatkan dari tumbuhan koka Erythroxylon coca, yang berasal dari Amerika Selatan. Daunnya biasa dikunyah oleh penduduk setempat untuk mendapatkan “efek stimulan”. Kokain berupa kristal putih, rasanya sedikit pahit dan lebih mudah larut

Saat ini kokaina masih digunakan sebagai anestetik lokal, khususnya untuk pembedahan mata, hidung dan tenggorokan, karena efek vasokonstriksif-nya juga membantu. Kokaina diklasifikasikan sebagai suatu narkotika, bersama dengan morfina dan heroina karena efek adiktif.

Kokain menyebabkan efek yang mirip dengan amfetamin namun jauh lebih kuat. Kokain terdapat dalam bentuk sediaan per-oral (ditelan), sebagai serbuk yang dihirup melalui hidung (snorted) atau disuntikkan secara langsung ke dalam sebuah vena (mainlining).

Cara pemakain kokain yaitu membagi setumpuk kokain menjadi beberapa bagian berbaris lurus diatas permukaan kaca atau alas yang permukaannya datar kemudian dihirup dengan menggunakan penyedot seperti sedotan atau dengan cara dibakar bersama dengan tembakau. Penggunaan dengan cara dihirup akan beresiko kering dan luka pada sekitar lubang hidung bagian dalam.

Jika direbus dengan natrium bikarbonat, kokain dirubah menjadi bentuk bebas yang disebut pecahan kokain (crack cocaine), yang bisa dihisap. Pecahan kokain bekerja secepat kokain yang disuntikkan secara intravena. Kokain menyebabkan kesiagaan yang luar biasa, euforia (kegembiraan yang luar biasa) dan tenaga yang luar biasa jika disuntikkan intravena atau dihirup.

B. Efek Kokain

1. Mengubah Neuron Mengirimkan Sinyal-Sinyal ke Otak

Penggunaan kokain dalam jumlah sedikit pun dapat mengaktifkan area otak yang terkait dengan kecanduan hingga lebih dari lima hari. Ini jauh lebih lama ketimbang yang diduga selama ini. Otak seolah-olah otomatis tetap "ingat" dengan zat tersebut. Bahkan, aktivitas neuronya pun makin kuat. Demikian diungkapkan beberapa peneliti dari Universitas California, AS setelah melakukan eksperimen terhadap tikus.

Obat haram ini dapat mengubah neuron (hubungan-hubungan listrik saraf) yang mengirimkan sinyal-sinyal dalam bagian otak tersebut. Akibatnya, pengguna kokain akan makin menginginkan zat tersebut. Kenikmatan akibat zat ini mungkin hanya dirasakan selama dua jam, tapi keinginan untuk menggunakannya kembali dapat bertahan hingga satu minggu.

Sejak pertama kali kokain masuk ke dalam tubuh, kilatan-kilatan neuron tersebut juga bahkan makin kuat, suatu proses yang biasanya disebut potensiasi. Potensiasi inilah yang berlangsung hingga satu minggu.

Kokain menghasilkan perubahan aktivitas otak dengan mekanisme yang sama dengan proses belajar dan mengingat sesuatu. Bahkan, kokain memperkuat hubungan antar-sel tersebut. Menurut penelitian, temuan ini dapat menjelaskan mengapa orang ketagihan setelah mencobanya untuk pertama kali.

Karena itu, menurut peneliti yang juga direktur Lembaga Nasional Penyalahgunaan Obat Bius (NIDA – National Institute on Drug Abuse) ini, studi tersebut menekankan bahaya keinginan mencoba kokain dan obat-obat haram lainnya.

Sudah lama ilmuwan menyebut-nyebut pengaruh kokain terhadap bagian otak yang disebut ventral tegmental, khususnya setelah zat ini berulang kali digunakan. Namun, menurut peneliti lainnya Mark Ungless, belum ada bukti bahwa takaran sedikit saja dapat berpengaruh besar dan efeknya berlangsung lama. Ventral tegmental sendiri adalah area otak yang mengatur kecanduan.

Dalam studi yang dipimin Dr. Antonello Bonci tersebut, kokain disuntikkan kepada sekelompok tikus. Banyaknya tidak berbeda dengan dosis yang digunakan orang yang baru mencoba-coba. Kemudian, aktivitas sel otak binatang tersebut dianalisa dan dibandingkan dengan sel otak tikus yang tidak diberi kokain (kelompok kontrol).

Ternyata, tikus yang disuntik kokain mengalami peningkatan potensiasi sel yang sangat tinggi dalam waktu lama. Aktivitas otaknya meningkat dan hubungan antara sel-sel saraf juga makin cepat. Proses ini jugalah yang terjadi ketika orang belajar atau mengingat sesuatu. Dampaknya bertahan setidaknya hingga lima hari setelah kokain disuntikkan.

Menurut Bonci dan Ungless, "secuil" kokain pun sanggup menghasilkan efek dalam waktu yang cukup lama. Kemungkinan besar, menurutnya, hal yang sama pun berlaku pada manusia. Karena itu, lanjutnya, orang harus sadar bahwa efek kokain berlangsung lebih lama daripada efek kenikmatannya. Bahkan, faktor itulah yang menyebabkan orang kecanduan. Karena itu, pakar ini menasihatkan agar orang berpikir ribuan kali sebelum mencobanya

2. Menganggu Sistem Motorik dan Sistem Kardiovaskuler

Kokain dapat dijelaskan sebagai suatu golongan stimulansia susunan saraf pusat, tetapi kokain juga bekerja pada saraf tepi dan sistem kardiovaskuler. Pengaruh kokain terhadap sitsem motorik dan sistem kordiovaskuler bersifat bifasik. Pada pemberian kokain dosis rendah penampilan motorik meningkat tetapi pada dosis tinggi menimbulkan kejang dan tremor.

Kokain dalam dosis rendah dapat disertai dengan perbaikan kinerja pada beberapa tugas kognitif. Kadang-kadang timbul perforasi septumnasi pada pemakaian secara intranasal. Pada keadaan kelebihan dosis, timbul eksitasi, kesadaran yang “berkabut”, pernafasan yang tak teratur, tremor, pupil melebar, nadi bertambah cepat, tekanan darah naik, suhu badan naik, rasa cemas, dan ketakutan. Kematian biasa disebabkan karena pernafasan berhenti. Pemakaian yang lama dapat menimbulkan penurunan berat badan dan anemia karena anoreksia.

3. Merusak Perkembangan Otak Janin

month-7-kcl

Beberapa diantaranya adalah wanita yang hamil selama ketagihan kokain lebih mudah mengalami keguguran. Jika tidak terjadi keguguran, maka janinnya bisa mengalami kecacatan karena kokain, yang dengan mudah dapat dipindahkan dari darah ibu ke darah janin melalui plasenta. Bayi yang lahir dari pecandu kokain bisa memiliki pola tidur yang abnormal dan memiliki koordinasi sistem organ yang buruk. Perkembangan merangkak, berjalan dan berbicara bisa terhambat.

Dalam sebuah penelitian yang dipublikasikan minggu ini di PLoS Medicine, Chun-Ting Lee dan para koleganya di US National Institutes of Health – yang mencatat bahwa penggunaan kokain diketemukan dalam beberapa ratus ribu kehamilan setiap tahunnya hanya di AS – meneliti mekanisme efek kokain pada perkembangan otak janin.

Mereka menemukan bahwa produk sampingan metabolisme kokain akan mendiami perkembangan sel-sel otak dengan dipengaruhi protein yang spesifik, cyclin A, yang mengatur pembagian sel. Para peneliti menemukan bahwa pengaruh ini muncul karena metabolisme kokain menyebabkan stress oksidatif di dalam reticulum endoplasmic, bagian dari apparatus selular untuk memproduksi protein.

Mereka juga menunjukkan bahwa perawatan tikus hamil dengan cimetidine, suatu obat yang digunakan untuk mengurangi sekresi asam lambung dan mempengaruhi ensim yang mencerna kokain, berinteraksi dengan adanya perkembangan sel otak yang disebabkan oleh ekpos kokain dalam janin tikus. Hasil-hasil ini memberikan kemungkinan adanya pengobatan untuk menghadang efek kokain pada cyclin A yang dapat menyediakan jalan untuk melindungi perkembangan otak janin ketika wanita hamil ini tidak mampu menghentikan penggunaan kokain.

Penelitian yang lebih jauh masih dibutuhkan untuk menentukan apakah pendekatan demikian bisa aman dan efektif dalam kehamilan manusia, ujar para peneliti.

Dalamsuatu perspektif yang berkaitan dengan implikasi dari penelitian ini, Steven Hyman dari Harvard University, yang tidak terlibat dalam studi ini, mengatakan bahwa penemuan-penemuan ini menggairahkan tetapi juga catatan yang isinya “kompleksitas faktor-faktor yang mungkin memberi kontribusi pada ketidak-normalan emosional dan kognitif pada anak-anak yang diekspos pada pengaruh kokain dan obat-obatan berbahaya lainnya di dalam rahim.”

4. Menyusutnya Volume Otak

Suatu sumber menyatakan adanya analisis atas 27 otak para pengguna zat adiktif kokain telah membuat tim ahli pimpinan Dr. Hans C. Breiter dari Massachusetts General Hospital Boston (AS) berkesimpulan bahwa volume otak pengguna zat adiktif kokain menjadi sangat kecil dan itu berpengaruh pada aktifitas pemakainya. Hasil penelitian Volume otak ke-27 pengguna zat adiktif kokain itu dibandingkan dengan volume otak 27 orang yang sehat dan tidak pernah menyentuh kokain, hasilnya volume otak dan struktur yang disebut dengan amygdala pada 27 pengguna zat adiktif lebih kecil dibandingkan dengan ukuran yang normal.

Meski belum secara jelas bagaimana penyusutan terjadi namun kecilnya ukuran amygdala kemungkinan besar akibat penggunaan zat adiktif seperti kokain. Amygdala sendiri seperti sebuah kumpulan kecil syaraf pada otak yang juga berpengaruh pada proses terbentuknya emosi. Maka dampak buruk pemakainya adalah ketidakstabilan dari emosi.

Breiter memberikan penjelasan singkat bahwa volume amygdala pada orang normal akan berkembang lebih besar pada sisi kiri otak dan pada pengguna zat adiktif keseimbangan ukuran itu menjadi tidak simetris. Dalam waktu singkat penggunaan zat adiktif akan membuat proses degenerasi pertumbuhan otak. Dalam waktu panjang, penggunaan zat adiktif akan membuat ketidaknormalan pada aksi kehidupan sehari-hari.

5. Halusinasi

a. Defenisi

Halusinasi adalah satu persepsi yang salah oleh panca indera tanpa adanya rangsang (stimulus) eksternal (Cook & Fontain, Essentials of Mental Health Nursing, 1987).

b. Klasifikasi

Pada klien dengan gangguan jiwa ada beberapa jenis halusinasi dengan karakteristik tertentu, diantaranya :

1) Halusinasi pendengaran : karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara – suara orang, biasanya klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.

2) Halusinasi penglihatan : karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau panorama yang luas dan kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.

3) Halusinasi penghidu : karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang menjijikkan seperti : darah, urine atau feses. Kadang – kadang terhidu bau harum. Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan dementia.

4) Halusinasi peraba : karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati atau orang lain.

5) Halusinasi pengecap : karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan menjijikkan.

6) Halusinasi sinestetik : karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan urine.

c. Proses Terjadinya Halusinasi

Halusinasi pendengaran merupakan bentuk yang paling sering dari gangguan persepsi pada klien dengan gangguan jiwa (schizoprenia). Bentuk halusinasi ini bisa berupa suara – suara bising atau mendengung. Tetapi paling sering berupa kata – kata yang tersusun dalam bentuk kalimat yang mempengaruhi tingkah laku klien, sehingga klien menghasilkan respons tertentu seperti : bicara sendiri, bertengkar atau respons lain yang membahayakan. Bisa juga klien bersikap mendengarkan suara halusinasi tersebut dengan mendengarkan penuh perhatian pada orang lain yang tidak bicara atau pada benda mati. Halusinasi pendengaran merupakan suatu tanda mayor dari gangguan schizoprenia dan satu syarat diagnostik minor untuk metankolia involusi, psikosa mania depresif dan syndroma otak organik.

d. Faktor – Faktor Penyebab Halusinasi

a. Faktor predisposisi

1. BIOLOGIS

Gangguan perkembangan dan fungsi otak, susunan syaraf – syaraf pusat dapat menimbulkan gangguan realita. Gejala yang mungkin timbul adalah hambatan dalam belajar, berbicara, daya ingat dan muncul perilaku menarik diri.


2. PSIKOLOGIS

Keluarga pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respons psikologis klien, sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.


3. SOSIO BUDAYA

Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai stress.

b. Faktor Presipitasi

Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah
adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak
berguna, putus asa dan tidak berdaya

e. 4 Tahapan Halusinasi, Karakteristik Dan Perilaku Yang Ditampilkan Tahap Karakteristik Perilaku Klien

1) Tahap I

· Memberi rasa nyaman tingkat ansietas sedang secara umum, halusinasi merupakan suatu kesenangan.

· Mengalami ansietas, kesepian, rasa bersalah dan ketakutan.

· Mencoba berfokus pada pikiran yang dapat menghilangkan ansietas

· Fikiran dan pengalaman sensori masih ada dalam kontol kesadaran, nonpsikotik.

· Tersenyum, tertawa sendiri

· Menggerakkan bibir tanpa suara

· Pergerakkan mata yang cepat

· Respon verbal yang lambat

· Diam dan berkonsentrasi

2) Tahap II

· Menyalahkan

· Tingkat kecemasan berat secara umum halusinasi menyebabkan perasaan antipasti

· Pengalaman sensori menakutkan

· Merasa dilecehkan oleh pengalaman sensori tersebut

· Mulai merasa kehilangan control

· Menarik diri dari orang lain non psikotik

· Terjadi peningkatan denyut jantung, pernafasan dan tekanan darah

· Perhatian dengan lingkungan berkurang

· Konsentrasi terhadap pengalaman sensori kerja

· Kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dengan realitas

3) Tahap III

· Mengontrol

· Tingkat kecemasan berat

· Pengalaman halusinasi tidak dapat ditolak lagi

· Klien menyerah dan menerima pengalaman sensori (halusinasi)

· Isi halusinasi menjadi atraktif

· Kesepian bila pengalaman sensori berakhir psikotik

· Perintah halusinasi ditaati

· Sulit berhubungan dengan orang lain

· Perhatian terhadap lingkungan berkurang hanya beberapa detik

· Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat, tremor dan berkeringat

4) Tahap IV

· Klien sudah dikuasai oleh halusinasi

· Klien panic

· Pengalaman sensori mungkin menakutkan jika individu tidak mengikuti perintah halusinasi, bisa berlangsung dalam beberapa jam atau hari apabila tidak ada intervensi terapeutik.

· Perilaku panic

· Resiko tinggi mencederai

· Agitasi atau kataton

· Tidak mampu berespon terhadap lingkungan

f. Hubungan Skhizoprenia dengan halusinasi

Gangguan persepsi yang utama pada skizoprenia adalah halusinasi, sehingga halusinasi menjadi bagian hidup klien. Biasanya dirangsang oleh kecemasan, halusinasi menghasilkan tingkah laku yang tertentu, gangguan harga diri, kritis diri, atau mengingkari rangsangan terhadap kenyataan.

Halusinasi pendengaran adalah paling utama pada skizoprenia, suara – suara biasanya berasal dari Tuhan, setan, tiruan atau relatif. Halusinasi ini menghasilkan tindakan/perilaku pada klien seperti yang telah diuraikan tersebut di atas (tingkat halusinasi, karakteristik dan perilaku yang dapat diamati).

6. Elasi dan Euforia

Elasi dan Euforia merupakan salah satu dampak akibat pemakaian kokain. Kedua kata ini memiliki inti yang sama yaitu kesenangan atau kegembiraan yang berlebih.

10 comments:

  1. Nice info;)
    please visit back http://cewekecil-artikel.blogspot.com/

    ReplyDelete
  2. Makasih Winda atas komentarnya.

    And...
    I have been visited your blog :)

    ReplyDelete
  3. blogmu keren....info nya pun sungguh menarik..2 jempol untukmu mbak...

    ReplyDelete
  4. Keren keren bntuin tugas IPA nihhXD makasih ya (y)

    ReplyDelete

Comment = respect = encourage ^^
Thank you ♥♥♥♥♥