Tuesday, 6 March 2012

Surat Kecil untuk Oji

Oji,...
Nama yang tidak asing dalam benakku. Nama yang sering kudengar dan kupandang dengan ketidakpedulianku. Siapa dia? Dia tak lebih dari sekedar remaja laki-laki yang sama dengan remaja laki-laki lainnya. Nakal, sering tawuran, sering bolos sekolah, sering mendapatkan SP dan skorsing. Tapi muka memelas dan kerajinannya saat mendapatkan skorsing, dapat membuat guru-guru iba melihatnya.

Oji, Oji, Oji ....
Namanya sering mengudara dalam telingaku. Sosoknya sering kutangkap di setiap sudut sekolah. Tapi mataku menerjemahkan bahwa ia tak lebih dari sesosok remaja yang tak bertanggung jawab.
Dulu, aku tak pernah membiarkan mataku memandangnya dari sudut lain. Aku tak pernah mengizinkan otakku memikirkan positif tentangnya. Dan aku tak pernah mengizinkan telingaku mendengar kabar baik tentangnya.
Tapi, semenjak siang itu, di kantin kelas 10, mataku menangkap sesosok laki-laki yang sedang menahan temannya untuk mengeluarkan amarah. Dan laki-laki itu adalah
Oji....

    Entah apa yang membuatku ingin melihat peristiwa itu. Entah apa yang membuat mataku ingin melihat sesosok laki-laki yang berbahu bidang itu. Dan entah apa yang membuat otakku ingin mencerna peristiwa itu.
Dan Aku pun mulai melihatnya. Aku mulai menyadarinya . Aku mulai merasakan kehadirannya .

Nama yang dulu terasa ringan di bibirku terasa sulit kuucapkan. Nama yang dulu tidak ingin kudengar, terasa jarang mengudara di telingaku dan membuatku ingin mengejarnya.

     Aku ingin selalu melihatnya
    Aku ingin selalu mendengarnya
    Dan aku ingin, ia selalu datang dalam kembang tidurku.
Dan aku baru menyadari, jauh sebelum ku menyadari aku menyukainya, aku sudah melihatnya dan memikirkannya dengan caraku sendiri.

Mengapa tak dari dulu aku sadar aku menyukainya?
Mengapa tak dari dulu aku sadar aku sudah melihatnya?
Mengapa harus sekarang? Disaat aku benar-benar tak dapat menguasai diriku.
Mengapa harus sekarang? Disaat aku mulai menyadari setiap detik melihatmu adalah hal yang kuhargai dalam hidupku.
Mengapa harus sekarang? Disaat aku tak rela melihat dirinya bahagia karena orang lain.

    Sekarang, aku tak sanggup mendeskripsikan bagaimana keadaan fisiknya. Karena itu terlalu indah bagiku.
    Bagiku, tak ada lukisan terindah selain lukisan tentangnya.
     Tak ada waktu yang berharga selain waktu yang kuhabisakan untuk memikirkannya.

Aku tak pintar menggambarnya
Tapi, akan kulukiskan dirinya bagaikan matahari senja yang menghibur seluruh dunia untuk menjemput sang malam
Akan kulukiskan dirinya bagaikan senja yang memberi semangat dalam kegelapan
Akan kulukiskan dirinya bagaikan ketenangan lautan biru ditengah deburan sang ombak
Akan kulukiskan dirinya bagaikan oase dipadang pasir
Dan akan kulukiskan dirinya bagaikan proton dalam balutan electron

    Ini adalah suratku..
    Ini adalah harapan kecilku tentangnya...
Jika aku tak boleh berada di sampingnya, izinkan aku berada di sepinya, agar dia selalu mengingatku bahwa aku orang yang selalu menemaninya.

4 comments:

  1. .ini oji yang di novelnya esti kinasih ya???yang jadi temennya ari di novel jingga dan senja

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya cahaya. Oji sobatnya ari sama ridho :)

      Delete
  2. .wah asik2 ceritanya!!!
    .akku jg suka novel trilogi jingga dan senja tpi yang jingga untuk matahari bulum terbit ya???

    ReplyDelete

Comment = respect = encourage ^^
Thank you ♥♥♥♥♥