Saturday, 20 April 2013

Ngebut Pertama

Cie yang udah punya SIM...
Cie yang udah ke jalan raya,....

Hahaha, hola guys, kali ini aku mau membagi pengalaman aku, gimana sih rasanya naik motor ke jalan raya. Ummm, perlu dikoreksi, bukan naik tapi ngendarain motor ke jalan raya. Seru guys, menegangkan....

Oke, sudah direncanakan hari Sabtu nganterin kaka belanja ke SM, tau SM? Deket kantor PLN, Cigereleng, Soekarno Hatta. Kebayangkan jalannya gimana? Jalan tol abis. Tapi pas di pasir koja dan cibaduyut, ga usah ditanya karena itu macet banget.

Pertama lewat Jalan Budhi, jalanan biasa, ga pake SIM pun bisa lewat situ. Lalu, ke Cilember dan naik ke jalan layang. Disana udah pengen nyusul-nyusul orang. hahahah...Di batas kota, aga macet gitulah. Then, ga lama kemudian masuklah ke Jalan Soekarno Hatta. Disana kan jalan kayak jalan tol ya. Dan ga kerasa aku menjalankan motorku dengan kecepatan 60-70Km/jam. Hahah, alhasil dari rumah ke SM cuma ditempuh 30 menit. Hahaha.... Iya sih awalnya ga nyadar, nyadar tuh waktu ngobrol di rumah. Kata kaka aku sih aku jalaninnya edun banget, segala disusul, dan menghawatirkan kalo langsung dilepas di jalan Raya. KAka aku juga bilang kalau nanti aku bonceng mamah atau siapapun aku ga boleh ngejalanin kaya gitu. Hmmm siap bos, tapi ya guys, tau ga sih? aku ga ngerasa kalau yang tadi tuh ngebut. Seriusan deh, aku bener-bener ga ngerasain.

Yang bisa aku akui adalah, aku emang suka nyusulin mobil-mobil di depan aku, tapi aku merasa, kecepatannya normal kok. Hmmm, normal tuh 70 km/jam *hehehe* Yah guys, buat kamu yang belum ke jalan raya, kamu harus mencoba, IT'S FUN guys. Percayalah, itu menyenangkan. Yang aku rasain ketika di jalan raya adalah aku berasa berkuasa di jalan raya, bayangkan ya, aku suka di klaksonin sama orang-orang. tapi sekarang, aku yang selalu ada di depan. Seneng banget waktu liat mobil di depan. Bawa kanan, naikin kecepatan, and then aku bisa ngeliat mobil-mobil itu dari kaca spion aku, lalu mobil-mobil itu pada mengecil, dan semakin mengecil lalu aku tertawa puas karena mobil itu semakin mengecil di kaca spion-ku bahkan sampe ga ada.

Hmmm, ngebut itu enak guys, ternyata ngebut ini gini., Punya sensasi tersendiri. Ga percaya? Cobain deh. It's so funnnn

BERHATI-HATILAH DENGAN HURUF O


Tahukah kamu alat pendeteksi kebohongan tidak hanya melalui polygraph saja? Banyak cara untuk mendeteksi kebohongan, salah satunya melalui tulisan tangan. Tulisan tangan yang berasal dari alam bawah sadar manusia dapat menunjukkan seseorang sedang berbohong.  Ketidakjujuran seseorang dapat dianalisis melalui huruf o. Akan tetapi, tidak semua huruf o mengindikasikan ketidakjujuran. Berikut analisis terhadap huruf o:
1.      Huruf O Tertutup Rapat
Huruf o yang tertutup rapat menggambarkan seseorang yang hati-hati dalam berbicara. Sebaliknya, apabila huruf tersebut terbuka menunjukkan bahwa penulis suka berbicara.
2.      Huruf O dengan Loop di Belakang
Huruf  o dengan loop di belakang mengindikasikan, kamu cenderung baik dalam menyimpan rahasia. Penulisan huruf o seperti ini mengindikasikan ketidakjujuran.
3.      Huruf O dengan Banyak Loop
Semakin banyak loop pada huruf o, indikasi ketidakjujuranmu semakin besar. Kamu cenderung menyesatkan orang lain, menipu dan mencapai tujuan dengan cara curang.
4.      Huruf O Tertutup
Huruf o ini berbeda dengan huruf o yang dimaksudkan pada nomor satu. Huruf o ini tertutup rapat hampir menyerupai garis. Bentuk o seperti ini mengindikasikan bahwa kamu suka memotong pembicaraan orang lain. Kamu kurang sabar dalam menunggu orang yang kurang to the point dalam mengungkapkan perasaannya.
5.      Huruf O miring ke kanan
Penulisan huruf O miring ke kanan, mengindikasikan bahwa kamu sedang berbohong.
Huruf o yang cenderung mengindikasikan ketidakjujuran membuatmu harus berhati-hati dalam menuliskkannya, terutama saat sedang melakukan ujian tertulis. Namun, kamu tidak perlu khawatir, huruf o yang bersifat kecendrungan membuatmu dapat memperbaikinya. Lakukanlah grafoterapi (mengubah dan memperbaiki karakter melalui tulisan tangan) secara rutin, 10 – 30 menit perhari. Kamu dapat melakukannya dimana saja dan kapan saja.  Namun, waktu yang ideal untuk melakukannya yaitu pada malam hari, menjelang tidur.
Lakukanlah grafoterapi mulai dari sekarang sebelum kebohonganmu terungkap!
Selamat mencoba!
 Sumber : books.google.co.id
                membacatulisantangan.com
                 Step by Step Menganalisis Tulisan Melalui Tulisan Tangan 

Friday, 19 April 2013

LISTEN!!!!


Please jadi listener aku....
Please buat kali ini aja ya....

Beginilah “kerja” di dunia jurnalistik. Harus tahan terhadapa tekanan, harus bebal terhadap kritikan dan yang terpenting tetap semangat.

Hari ini, aku ditugaskan untuk membuat sebuah rubrik suara mahasiswa. Rubrik macam apa itu. Jujur, aku nggak tau gimana caranya mengeluarkan pendapat. Gatau kenapa waktu nulis rubrik itu tuh ga mau jadi orang yang berpikir subjektif, aku pengen jadi yang objektif.

Aku nggak tau kalau hal ini terjadi sama kalian atau ga, yang jelas, kalau ini terjadi sama aku. Bayangin guys, waktu kamu nulis rubrik suara mahasiswa, kok kaya artikel ya? Rubrik suara mahasiswa itu kan kaya semacam pendapat dan aspirasi gitu sama mahasiswa. Terus, ceritanya diubah jadi rubrik mahasiswa, pas dibaca kok kaya artikel ya? Ini super galalu. Pengen nangis. Baru dikasih tugas tadi sekitar jam 6 MALEM dan harus selesai malam ini. Okelah, walaupun malam panjang, tapi mesti mikir, itu layouters gimana ngerjainnya, jagan mau enak di aku aja.

Ceritanya udah selesai. Pengen banget minta pedapat orang tentang karya yang aku buat. Gimana? Bagus ga? Nyambung ga? Udah pengen nangis, minta tolong juga ke siapa? Siapa yang bangun jam segini? Nggak ada. Tiap ada kaka kru yang OL, seneng banget, tapi pas disapa ga dibales. Padahal aku juga ga sembarang nyapa. Aku mau minta mereka baca karya aku. Bukan apa-apa ya, ini tuh beban banget buat aku. Emang sih selama ini aku buat content juga, tapi yang ini lain. Ini tuh suara mahasiswa yang notabene-nya pendapat mahasiswa, belum lagi nama aku dan prodi aku dicantumkan daaaan nanti karya itu bakal berkeliaran di kampus aku. Aku takut, aku takut, belum lagi ngadepin dewan redaksi yang aga kejam juga.  Aku butuh bantuan guys, tapi mau minta ke siapa?

AAAAA,....

Emang sih ini postingan gejenya udah ga ketulungan, tapi aku pengen share tentang hari ini. Hmmm, Seriously, aku belum tidur loh. Mana tadi pulang jam 8 malem pula....
Hmmm, Susahnya berogarnisasi itu ya....

Tuesday, 16 April 2013

Zora Adeleine


Hari ini, kita berada di daratan yang sama...
Berada di bawah langit yang sama...
Berada di sekeliling aurora yang sedang menari-nari mengelilingi kita...

Mengapa kita harus tetap bersama hingga saat ini jika kita memang tidak ditakdirkan “bersama”?
Mengapa kita harus bertemu jika akhirnya harus berpisah?

Di sini....
Di daratan Black Island...
Di sini...
Di tengah aurora yang menjadi pengiring kau dan aku, sesorang datang menghampiri kita, menyadarkanku bahwa kau bukan milikku dan tak akan pernah jadi milikku...

Adilkah ini?

Mengapa aku tak pernah menyadari arti tatapan kedua insan ini?
Mengapa aku tak pernah merasakan keberadaan mereka?

Aurora yang mengeliliku semakin cepat memainkan ritmenya, mencoba menghiburku seolah-olah tahu apa yang sedang menyerangku.

Sudahlah~~~
Cukup...
Cukup sampai di sini, sebelum aku benar-benar takut kehilanganmu dan sampai nanti pun kita tak akan bertemu lagi...

Aurora Terakhir di Black Island
~ Zora Adeleine


Sunday, 14 April 2013

Anorexia

Anorexia...

Pada tau apa itu anorexia? Iya, orang yang takut sama gendut, kebanyakan sih penderita anorexia itu cewek.

Dulu, waktu aku ga tau anorexia itu apa, aku suka mikir, ko ada sih orang yang takut gendut. Bahkan mereka sampe menyiksa diri mereka sendiri pake acara muntah-muntahanlah, makanin kapas pake air jeruk. Suka kesel, “Hei, bersyukurlah dengan tubuhmu sekarang ini. Gendut kurus sama aja.”. Apalagi ya, aku kesel banget sama orang, ada-lah aku pernah nemu, dia cewe dan seorang dokter, dan ternyata dia anorexia. OMG, dia itu dokter gitu ya, ngerti lah sama yang begituan, dalam artian kesehatan gitu, tapi kenapa dia anorexia. Bagi orang awam, oke-lah, mereka nggak pernah tau fungsi sebenarnya organ tubuh kita, tapi bagi dokter, masa iya sih dia pura-pura bego gatau fungsi organ itu apa. Kan, kesel gitu....

Tapi guys, akhir-akhir ini aku bisa merasakan perasaan penderita anorexia itu seperti apa. Aku bisa merasakan penderitaan orang gendut itu seperti apa. Ini semua tuh, bermula dari dokter yang aku temui di VK. Jadi, waktu itu aku di VK, ada dokter yang sepertinya pemula di VK, masih muda sih. Dia add aku terus nyapa aku. Ya, aku ladenin sih ya. Terus, tanya-tanya biasalah, nama, kuliah, jurusan. Berhubung dari mukanya ga kemukaan dokter, jadi aku mengadakan tes kecil-kecilan. Aku mau tanya tentang kemoterapi dan benar aja tuh dokter malah teori. Kalau teori sih aku juga udah tau kali, udah “pinter” sampe tu dokter bilang “KENAPA LO TANYA KALO LO UDAH TAU!!!” -.-“ , tapi yang aku tanyakan dan aku mau tuh, gimana sih proses kemoterapi dari awal dia masuk ke ruangan, dari si suster masukin jarum suntik ke pasien, terus sampe pasien tertidur dan bangun yang konon katanya, sesudah kemo itu si pasien tersiksa. Awalnya sih dia teori, cuma lambat laun dia memperkenalkan nama obat yang aneh, katanya sih buat kemoterapi. Terus, dia situ aku mulai percaya kalau dia dokter. Hahahah. Iya guys, aku ini salah satu orang yang susah percaya sama orang lain.

Berhubung dia masih dokter umum, dan ga begitu tau tentang kemoterapi, akhirnya aku tanya dia tentang anorexia. Aku tanya tentang kebenaran kalo tangan dingin dan suka gemetaran itu karena LAPAR KRONIS. Oh, man, sumpah itu malu-maluin ibu aja. Padahal ya, di rumah tuh selalu siap sedia makanan. ALWAYS, suka beli cemilan gitulah. Ternyata benar, terus dia berceloteh gitu kenapa bisa orang yang kelaparan tangannya dingin, orang tifus tangannya dingin juga. Terus dia juga nyeramahin tentang tubuh itu perlu karbohidrat asupan nutrisi dan kawan kawannya.

Terus, setelah dia nanya-nanya gimana pola menstruasi aku, berapa berat dan tinggi badan aku, gimana keadaan mata aku, dan apakah rambut aku mulai berjatuhan. Mmm, setelah cerita itu, kata dokternya setelah melihat kebiasaan aku, aku dinyatakan ANOREXIA.... Shock sih awalnya, kok bisa, padahal aku nggak takut sama gendut.

Entah karena sugesti atau apa, ANOREXIA itu menyerangku guys. Iya, aku mulai mengakui kalau aku anorexia semenjak aku bercermin di depan kaca. Jadi, waktu itu aku ngaca dan senyum gitu ke arah kacanya. Disitulah aku liat ada yang beda sama muka aku, kenapa muka aku lebih bulet ya? MMM, jangan-jangan aku gendut. Terus pas di kampus, aku tanya ke temen aku, “Aku gendutan ya?” Sialnya temen aku bilang kalau aku gendutan. OMG, dari situlah aku bener-benerin mikirin berat badan aku, aku ga mau aku gendut. Aku takut, suatu saat nanti kalau aku gendut, aku nggak bisa kurus lagi. Aku bener-bener takut guys. Kadang aku suka nahan-nahan kalau mau makan, tapi aku nyerah kalau perut aku udah sakit, aku juga masih sayang sama tubuh-tubuh aku. Aku makan, tapi dikit.

Sekarang aku bisa rasain apa yang dirasakan sama orang anorexia dan orang-orang gendut. Dan itu kesiksa banget, saat kamu mau makan, tapi mikir-mikir lagi, apa ini bakal nambah badan jadi bengkak? Hmmm, ya sekarang nyoba woles ajalah, mau gendut, kurus sama aja, yang  penting sehat, karena sehat itu mahal, sehat itu suatu anugerah terbesar, Syukurilah~~~

Saturday, 13 April 2013

Rapat "again"


Hola guys, kali ini mau cerita nih tentang pengalaman rapat hari Selasa yang penuh cerita. Hehehe. Waktu itu hari Selasa, waktunya rapat bareng kru majalah kampus, PING. Selasa kemarin, aku nggak pulang sore kaya hari-hari biasanya soalnya dosen manajemen arsip lagi keluar kota. Nah, berhubung jam setengah tiga sudah keluar, tapi rapat baru dimulai jam 4, temen-temen baikku, Puput dan Asti mau nemenin aku menjelang aku rapat. Hehehe. Kita duduk di tempat biasa, di pelayanan mahasiswa, parah banget kan pake acara ngalangin orang duduk segala. Hahah, tapi guys, tempat duduk tuh banyak dan emang biasanya suka ga ada orang sih.

Jam 4 teng, saatnya Puput dan Asti nganterin aku ke tempat rapatnya diselenggarakan. Nah, disana tuh agak riweuh gimana gitu, kita nemu kerumunan, sebut saja X, mantan organisasi kita. Orang-orang udah ngeliatain kita, kenapa 3 orang anak manusia itu ada di situ. Hmmm, rada ragu juga masuk situ, terus pas diliat juga emang belum ada siapa-siapa sih, yaudah aku diem aja di luar bareng temen-temen aku pake masih sempet ada acara bercanda-bercanda segala. Nah, ga lama kemudian datanglah Maul dan Khasfur. Nah, si puput tuh riweuh kalau di sana ada Khasfur dan Maul. Akhirnya puput juga nyuruh aku ikut juga sama kedua cowo itu. Eh, pas mau masuk selasar, tu cowo malah ngobrol sama.... entahlah namanya siapa. Akhirnya aku balik lagi deh ke puput sama asti, dan mereka tuh malah nyuruh aku masuk ke selasar. Dipikir-pikir iya juga sih, aku mesti masuk. Masa ngadepin mantan organisasi x aja gamau, pengecut banget sih lo va. Terus yang parah, Asti bilang, “Jabatan lo sekarang lebih tinggi dari mereka VA. GO!!!!”

Akhirnya masuk aja selasar, dan tau apa yang terjadi? Semua anggota X pada ngeliatin aku, malahan si jubir diem sejenak demi liat aku doang, terus si duo kaka yang punya jabatan paling tinggi di organisasi itu ngeliatin aku sampe aku duduk. MMm, ternyata yang merasakan bukan aku doang tapi Asti sama Puput juga. Hmmm, temen yang baik kan mereka? Walaupun mereka ga nemenin aku masuk ke selasar, tapi mereka baru pergi setelah aku duduk.

Akhirnya Maul dan Khasfur dateng dan ya ngobrol tentang siapa aja yang ga ikut buat rapat. Setelah itu maul berniat untuk sms ka dede, tapi aku bilang kalo ka dede ada di sana. Akhirnya pas ka dede udah beranjak dari tempat duduknya, aku juga berdiri nyamperin khasfur, maul, sama ka dede. Mmm, singkatnya ka dede memutuskan kalo tempat ini tidak efektif dipakai rapat karena terlalu bising dan banyak orang. Oke, akhirnya katanya pindah ke selasar baru, itu juga sambil gatau selasar baru tuh dimana ya? Akhirnya nguntit, dan do you know? Aku mesti melewati mantan organisasi aku, dan seperti biasa diliatin lagi, ya so what lah....

Kita menuju selasar LH, disana ketemu sama Adit. Dan kita pergi bareng deh ke selasar. Yang hadir tuh baru ada ka dede, maul, khasfur, adit dan aku. Terus karena selasar kotor, akhirnya aku bersihin itu selasar bareng Adit. Ga lama kemudian orang-orang mulai berdatangan. Ada adri, ka raden, terus ka rizal. Stop sampei di situ~~~

Hmmm, ditunggu-tunggu kok cewenya cuma aku sendiri ya? Hmm, jujur, risih banget karena aku ga terbiasa gaul sama cowo. SERIOUSLY, aku ga  nyaman berada dalam balutan para ikhwan. Terus, ka dede ngobrol-ngobrol gitu, nah ga lama kemudian nge-games tanggal lahir gitu. Wuaah, ketegangan mulai meningkat guys, aku gamau salah karena aku ga bisa mempertanggung jawabkannya, apalagi ka dede bilang kalo games ini tuh ngelatih konsentrasi dan nge cek konsentrasi juga. Akhirnya perkenalan tanggal lahir dimulai dari Maul, khasfur, adit, aku, adri, ka raden, ka rizal, dan ka dede. Sumpah, degdegan banget, hmmm udah keliatanlah muka aku paling serius sekaligus paling tegang banget.

Games dimulai,~~~
Ka dede nanya-nanya orang dan masih ada segelintir orang yang menyebutkan salah tanggal lahir, bahkan lupa. Hmmm, deng-deng ka dede, nunjuk aku buat nyebutin tanggal lahir Maul. Aku jawab 6 Mei. Terus tangannya nunjuk ke Khasfur, aku jawab 30 April. Ka dede diem dulu sebentar, dan aku udah siap-siap dalam hati, Adit 23 Januari. Tapi, ka dede malah nunjuk Adri. Hmmm, 20 Mei, jawabku. Terus ka dede bilang “Akang?” aku jawab, 24 Oktober. Disana semua orang udah pada senyum, aneh kali ya liat aku jawabnya cepet nan benar. Hmmm, tapi seriously, tegangnya banget-banget deh. Terus ka dede, nunjuk ka rizal, dan aku jawab 28 Juni. Hmm, terus semunya pada senyum gitu, dan aku denger ka rizal ngomong, “Wah, bener lah, wah ini sih pasti di charter dulu”. Hah? Charter? Apaan itu? Charter itu bukannya semacam nge-booking gitu ya? Terus aku tanya, “hah? Apa-apa? Charter?” Terus kata Adri, “Catet” aku Cuma bilang oooo. Hmm, beneran deh, aku gatau ultah kalian, aku juga ga nyatet, itu sih spontan aja ngapalin tadi mendadak.

Games udah selesei, tapi yang ditunggu-tunggu belum datang juga, akhirnya Ka Dede nyeritain kisah anak kecil gitu lah. Setelah menceritakan kisah itu, seperti biasa, membuka rapat dengan kata-kata yang menginspirasi kita hari ini. Jujurnya, sebenarnya aku punya banyak kata-kata motivasi, cuma  kata-kata motivasi aku tuh pasti biasa aja buat kalian, tapi kalau kata aku sih itu motivasi banget, apalagi yang chocolove. Akhirnya, pas Ka Dede nunjuk aku, aku bilang, “Ga ada ka.”

Rapat dimulai,~~~
Ya, Ka Dede yang mengawali rapat, secara beliau redaktur pelaksananya. Hehehe. Ya, kita rapat juga lumayan santai-lah. Setelah menyampaikan poin-poin, akhirnya semuanya bekerja sesuai dengan divisinya masing-masing. Di sini tuh, laptop udah berceceran, kru ada yang selonjoran, duduk, ngobrol ah macem-macem deh. Dan disitu aku ngerasain kebersamaan yang terjalin antar-kru. Gatau kenapa seneng banget ngeliatnya, apalagi ga ada orang itu, wah dunia damai sekali sodara-sodara *jahat*.

Di tengah-tengah, ka Rizal bilang, “Ada yang bawa lakban atau sejenisnya?”. Ka Rizal bilang gitu sambil narik kabel mouse-nya yang sepertinya rusak. Aku liat tempat pensil aku, aku bawa selotip bening. Aku mau bilang kalo aku bawa, tapi dipikir-pikir takut ga kepake, yang ada tar malah keliatan begonya. Hmmm, masalahnya kan ini tuh buat kabel gitu, nah setau aku kalau kabel gitu kan harus selotip yang khusus, apalagi selotip bening tuh jarang aku liat di kabel-kabel gitu. Akhirnya aku tanya ke teh Vita, “Teh, kalau ini kepake ga?” sambil nyodorin selotip ke Teh Vita. Eh teh Vita malah bilang, tanya langsung aja ke Ka Rizalnya. Zzzz, Tau ga ka? Justru itu, aku takut selotipnya ga kepake, takut si orang penerimanya bilang, “Itu kan dapat menghantarkan listrik, jadi ga kepake,” nah, keliatan begonya kan, secara aku bukan anak teknik. “Ka, kalo selotip?” Ka Rizal malah ngangguk sambil senyum, terus aku tawarin juga mau guntingnya, ka Rizal ngangguk sambil bilang, “Iya” terus senyum.

Thursday, 11 April 2013

Panggil Aku Anak Kecil


Kata orang, umur 17 tahun itu, gerbang menuju kebebasan, tapi buat aku, itu Cuma neraka. Apa yang terjadi di umur 17 tahun dan berikutnya? Yang ada Cuma penjara. Bayangin guys, kalo kamu bener-bener udah divonis jadi anak rumahan. Bener-bener anak rumahan. Yang namanya main aja ga boleh. Diomelin mulu. 

Gimana rasanya?
Jujur, aku juga emang seneng sih jadi anak rumahan, tapi ga gini juga. Masa Cuma sebulan sekali keluar aja, sewotnya bisa berhari-hari. Padahal aku juga ga setiap hari perginya, Cuma sebulan sekali. Aku juga kalo pergi ga minta uang lagi kok. Pake uang sendiri. Uang sendiri. Nyisihin dari sisa-sisa jajan.

Sedikit aja ngelanggar atau ngelewatin jam, udah dimarahin. Aku tuh udah gede, bukan anak kecil lagi. Aku tuh udah umur 19 tahun lagi. Bener-bener heran sama orang rumah, waktu aku SMP, SMA, waktu aku main, itu nggak masalah. Mau main hari apa, pulang jam berapa, yang jelas jangan lewat ashar kalo bisa, walaupun kenyataannya mepet jam 5, itu tuh ga diomelin apalagi kalo emang pulang lewat ashar tapi sebelum magrib tuh dimaklumin, sekarang? Boro-boro. Sedetik aja, udah dimarahin, udah didiemin dan aku juga balik ngediemin. Kerjaan aku sekarang tuh Cuma berantem sama orang rumah. Berantem masalah “refreshing”. Mereka tuh nggak pernah mau ngerti atau biarin aku milih apa yang aku mau, padahal aku selalu nurutin kata mereka.

Dulu inget banget waktu hasil psikotes SMA aku nunjukin minat dan bakat aku tuh ada di literatur. Tau kenyataannya? Mereka Cuma bilang “Ngapain literatur kamu tinggi-tinggi banget? Kamu tuh mau jadi penulis”. Tau ga? Disitu aku Cuma takut, takut buat bilang iya, Aku Cuma bisa nunduk dan diem aja, padahal aku bener-bener pengen bilang iya.

Hari ini aku udah jadi mahasiswa akuntansi, entahlah apa univ yang aku jalani emang kemauan mereka atau bukan. Aku nggak pernah nyesel masuk sana, yang aku sesalin kenapa di Bandung ini harus ada universitas-universitas lain yang menurutku begitu menyebalkan. Hari ini aku juga turutin kemauan mereka buat menempuh jurusan akuntansi, walaupun harus kuakui lambat laun aku menyukainya.

Guys, hari ini aku udah jadi orang pelupa. Iya, pelupa. Dan tau ga? Jadi pelupa aja dimarahin. Aku tau kok, ingetan aku tuh ada batasnya, ga kaya kaka aku yang punya ingatan super keren. Aku tau itu, aku bukan kaka aku yang kalo ngapalin bisa karena dengerin orang ngomong. Mecahin soal akun aja udah berabad-abad, tapi aku masih mau berusaha ngerti, aku mau mempelajarinya.

Kenapa sih manusia itu harus lupa? Jujur ya, aku mulai jadi pelupa gini semenjak banyak yang harus aku kerjain. Kaya tadi, waktu ada tetangga yang ngundang mamah sama nenek aku buat dateng ke acara syukuran gitu, katanya udah isya. Nah, terus menjelang magrib nenek aku nyamperin mama aku, di depan aku juga. Nenek aku bilang, “Kita nggak diundang sama tetangga?” Nah disitu aku baru inget, aku punya amanah untuk menyampaikan, yaudah aku kasih tau. Hemmm, udahnya malah DIMARAHIN sama kaka aku yang kebetulan ada di depan mata aku juga. Sesi marah-marah ga Cuma sampe disitu aja guys, masih ada sesi marah-marah lainnya. Waktu aku ngasihin uang kembalian bubur kacang, kata mama aku buat aku aja. Terus mama juga bilang kalo uang bubur kemarin juga buat aku. Terus mama bilang, kalo kemarin ngasih 20rb. Jujur, aku ga pernah inget kalo dikasih uang, mau berapa pun juga sok aja. Makannya aku ga ngitung dulu, yaudah aku bilang iya, keselnya malah dimarahin lagi, katanya jadi orang tuh jangan pelupa, susah buat kerjanya. Ya lah up to you. Gatau apa, orang lagi ngapain? Lagi ngerjain tugas yang dari tadi ga kunjung selesei gara-gara disuruh-suruh mulu. Ga tau apa, dari tadi modem jaringannya Cuma edge mulu, searching aja seabadnya minta ampun.
Aku kesel guys sama keadaan ini, kesel kenapa aku harus gede? Kenapa aku harus dewasa? Kenapa nggak jadi anak kecil aja? Dulu waktu anak kecil tuh ya bener kerasa bebasnya. Dulu aku nggak pernah dimarahin, Serius, ga pernah dimarahin. Main aja disuruh, suruh main ke rumah ini itu, karena males, sampe dianterin ke rumah temen. Terus ya, jajan aja dipaksa. Hmm, happy banget deh.

Aku sering denger dari orang-orang kalo mereka tuh waktu masa kecilnya suka dimarahin sama ortu mereka, gara-gara betah main lah, sering jajanlah, tapi aku? Aku nggak pernah dimarahin. Sekarang aku tau kenapa anak kecil sering dimarahin, itu karena ortu mereka sayang sama mereka, mereka pengen anaknya membentuk karakter baik.  Itulah anak kecil, tapi kalo udah gede? Sekarang kalo diatur bilangnya, “AKU BUKAN ANAK KECIL LAGI”, tapi lain sama aku guys, kalo aku, “Aku masih anak kecil yang ga perlu diatur”

Guys, kamu harus tau dan ngerasain, saat karakter kamu udah terbentuk dan kamu udah nyaman dengan karakter kamu. Kamu harus ubah karakter itu. Kenapa sih mereka ga ngubah karakter aku waktu aku kecil aja? Kenapa harus sekarang disaat aku udah nyaman dengan kepribadian aku?

Kalo sekarang yang aku liat, ortu lebih cuek sama sikap anakanya, dalam artian, “kamu kan udah gede, jadi ya udah tau apa yang terbaik buat kamu” tapi kalo aku lain guys, mungkin justru udah gede semakin banyak pilihan dan aku gatau apa yang baik.

Aaaah.. Aku benci jadi dewasa, aku benci jadi remaja.

Aku pengen jadi anak kecil lagi.

Anak kecil anak kecil anak kecil

Saturday, 6 April 2013

Like

Jl. Ir. H. Juanda, mobil

Gue : *mainin iPad Rama, geleng-geleng*
Rama : Kenapa?
Gue : Lo masih sama ya kaya yang dulu. *geleng-geleng*
Rama : *bingung*
Gue : Pertama, lo ga pernah ngilangin kebiasaan di tanggal keramat gue. Kedua lo masih banyak yang suka. Sama kaya yang dulu.
Rama : Tanggal keramat?
Gue : iya, yang berbau 7. Lo pasti inget pertama-pertama waktu gue suka sama lo, gue ...
Rama : Lo jadi orang so misterius gitu pake isiin pulsa gue ditanggal yang berbau tujuh kan?
Gue : Eh itu perbaiki ya kata-katanya. Yang bilang gue misterius itu, elo bukan gue.
Rama : Tapi kan lo jadi orang yang so-so-an misterius.
Gue : Gue ga so-so-an misterius RAMA.
Rama : Terus lo ngapain ngelakuin itu?
Gue : Ya seru aja. Banyak orang yang bilang kalo jadi secret admirer itu susah dan menyebalkan, tapi bagi gue itu fun banget. Ya, bisa lo bayangkan saat kecengan lo kebingungan dapet sesuatu yang ga wajar. Bisa liat mukanya yang udah gregetan pengen tau siapa sih orang yang ngelakuin itu sama lo. Untungnya Ram, lo bukan keturunan raja yang bisa gunain kekuasaan lo buat ngelacak siapa orang itu.
Rama : Jadi, tujuan lo ngelakuin itu?
Gue : Ya, iseng-iseng aja dan gue seneng banget liat lo kebingungan. Apalagi pake acara bikin status di facebook segala. Hahaha. Mana diitung lagi itu pulsa yang ke berapa. Hahaha. Pulsa ke bla bla, Yang entah dapat dari siapa, thanks there..
Rama : Sejauh itu lo ngepoin gue? Gue : Lo bakal ngeri kalo tau sejauh mana gue tau tentang lo. Rama : *geleng-geleng*
Gue : Oiya Ram, yang gue heran kenapa ada orang yang nge-like status lo yang minta pulsa itu. Kan ga penting banget, kurang kerjaan, kaya ga ada status lain yang bagus dan pantas buat di like aja deh. Terus yang ga banget, yang nge like status lo tuh cewek.
Rama : Lah itu kan hak mereka va. Kenapa lo cemburu?
Gue : Gatau, yang jelas sih rada risih.
Rama : *senyum sambil ngacak-ngacak rambut*

Friday, 5 April 2013

Dampak Redenominasi


Redenominasi adalah menyederhanakan pecahan mata uang menjadi pecahan lebih sedikit dengan cara mengurangi digit (angka nol) tanpa mengurangi nilai mata uang tersebut. Tujuannya yaitu menyederhanakan pecahan uang agar lebih efisien dan nyaman dalam melakukan transaksi serta mempersiapkan kesetaraan ekonomi Indonesia dengan negara regional. Redenominasi dilakukan saat kondisi makro ekonomi stabil dan dipersiapkan secara matang dan terukur sampai masyarakat siap agar tidak menimbulkan gejolak di masyarakat. Penyebab terjadinya redenominasi yaitu nilai rupiah memiliki tingkat yang lebih rendah dibandingkan nilai mata uang negara lainnya. Adapun dampak dari redenominasi, yaitu pencatatan akuntansi menjadi lebih praktis, pemerintah harus mengeluarkan biaya yang cukup besar, dan mempengaruhi psikologis masyarakat.
Dampak positif adanya redenominasi yaitu pencatatan akuntansi menjadi lebih praktis. Nilai uang tidak berubah, sehingga masyarakat tidak perlu membawa uang banyak karena setiap Rp 1,00 mewakili Rp 1000,00.
Untuk melakukan redenominasi rupiah, pemerintah akan mencetak uang kertas dan uang logam yang baru, dan menarik uang kertas dan logam yang lama, sedangkan biaya mencetak uang tidaklah murah, sehingga jika dibandingkan antara dampak positif praktis dari segi akuntansi dengan besarnya biaya yang harus dikeluarkan oleh pemerintah untuk mencetak uang baru, maka hal ini tidaklah sebanding. Tetap saja rakyat dirugikan, sebab biaya pembangunan yang besar akan dipergunakan untuk biaya mencetak uang yang tidak memiliki keuntungan bagi sistem ekonomi Indonesia.
Bila psikologis masyarakat terpengaruh oleh rasa takut akan penurunan nilai uang oleh kebijakan redenominasi, maka hal ini berpotensi memicu kenaikan harga barang-barang. Dan bila ini terjadi, maka inflasi pasti akan menurunkan nilai uang. Akibatnya, keuangan pribadi pasti terganggu oleh penurunan nilai uang.
            Walaupun redenominasi membawa dampak negatif, akan tetapi redenominasi perlu dilakukan, mengingat nilai rupiah memiliki tingkat yang lebih rendah dibandingkan nilai mata uang negara lain. Untuk menghindari dampak psikolgis masyarakat, sebaiknya pemerintah melakukan sosialisasi kepada masyarakat, dan melakukan masa transisi, artinya pedagang mencantumkan 2 harga, rupiah lama dan rupiah baru. Setelah itu, rupiah lama ditarik pelan-pelan, dan rupiah baru akan sepenuhnya berlaku.