Dan dia duduk termangu menatap sang fajar yang akan pergi. Jika sang fajar pergi, suasana baru pun akan datang, gelap, tak secerah siang. Dunia begitu adil. Dunia tidak pernah membiarkan bumi ini gelap, walaupun sang fajar telah pergi dan tidak dapat member sedikit cahaya, sang rembulan akan datang menggantikannya. Kerlap-kerlip bintang tak bosan menyemangati kita dari atas sana. Cahaya lampu menambah nuansa romantisme dalam kasih sayang. Apakah kehidupan dia juga seperti itu?
Aku tak sekuat matahari untuk bercahaya. Dan aku tak seperti bintang dengan semangatnya bisa membuat sekelilingnya tersenyum. Aku lemah… berharap tak ada kehidupan lagi bagiku. Berharap semua tersimpan dalam dsini. Di dadaku… di hatiku…
Ayah, Ibu, kakak, adik ….
Mereka ada satu rumah denganku, tapi hanya sekedar formalitas. Kakakku selalu pulang malam, tak sempat aku bercerita. Adikku tak bosan-bosannyaduduk dilaya, berteriak-teriaktak mau dikalahkan oleh lawannya. Adikku? Bisa apa dia memahamiku. Ayah tak bosan-bosannya memarahi ibu. Dan ibu tak pernah haus akan air matanya. Ibu, andai kau dapat membagi air matamu padaku, mungkin kau akan sedikit tenang, walau aku tak tahu apa yang bisa aku lakukan. Meja hijau telah terbuka bagi ayah ibuku. Mungkin tinggal selangkah lagi, hakin akan memukul mejanya.
Sahabat….
Malu aku bercerita tentang diriku. Tak sanggup aku memamerkan air mataku padanya. Aku merasa, aku tak pernah mendapat tempat special di hati mereka. Mungkin mereka hanya menganggapku teman, walau aku tetap menganggapnya sahabat. 1 sahabat selalu disampingku. Cukup bagiku untuk berbagi cerita. Dan dimatanya aku merasa aku berarti, walau sempat menyesal mengapa aku berarti untuk 1 orang?
Teman…
Aku selalu berada di urutan terbawah dan terdapat di memori terdalam sehingga sulit digali untuk diingat dan akuan teringat jika memori terluar dikikis lalu mengambilku untuk diminta pertolongan. Aku hidup, tapi aku tak hidup di kehidupan mereka.
Teman, ketahuilah aku ini bisa berarti untuk kalian. Percayalah aku bisa menjanjikannya. Berilah kesempatan padaku. Percayalah padaku. Jika dalam setengah babak aku bisa menyelesaikannya, mengapa tak dari awal kalian mempercayaiku?
Aku kecil, terpojok dalam sudut pandang. Nilai A hasil keringatku, aku bagi untuk kalian, menyelamatkan kalian dari nilai merah. Tak berterimakasihkah kalian atas kebaikanku? Aku tak pernah mengharap balas budi. Yang kubutuhkan perhatian dan pengertian. Tolonglah aku, bantulah aku jika aku tak sanggup mengerjakannya. Aku sama seperti kalian. Manusia yang tak luput dari interaksi social yang butuh uluran kalian jika aku haus akan kemampuan.
Guru…
Teganya kau memberi remedial bagi kejujuranku dengan hasil belajar semalaman. Jahatnya kau menilai kerja kerasku sama dengan mereka yang tersenyum bahagia mendapat nilai A. Bu, Pak, itu karyaku seorang diri, dengan mata perih dan keikhlasan waktu tidurku.
Tuhan…
Bawalah aku pergi ke tempatMu
Tak usah kembalikanku
Timbunlah aku dengan tanah
Taburkanlah aku dengan bunga
Mandikanlah aku dengan kesejukan air es
Bawalah aku pergi dari sini Tuhan…
Agar aku dapat merasakan tangis kepergianku
Agar aku dapat melihat penyesalan kehilanganku
Agar aku dapat merasakan kesedihan mereka atas kepulanganku.
Tuhan…
Bawalah aku pergi
Agar aku dapat merasakan kasih ayah dan ibu
Merasakan kesedihan kakak dan adik
Merasakan kehilangan sahabat atas kepergianku
Merasakan seberapa penting aku diimata teman-temanku
Meraskan kesepian guru karenaku
Merasakan arti diriku dimata mereka.
Tuhan…
Aku ingin mereka mengerti kehadiranku
Sadar dengan pengorbananku
Mengakui kehebatanku
Jadikanlah kepergianku ini pelajaran bagi mereka
Tanamkanlah kenangan di hati mereka
Agar mereka tetap selalu tersenyum dan mengingatku.
No comments:
Post a Comment
Comment = respect = encourage ^^
Thank you ♥♥♥♥♥