Tuhan…
Betapa seringnya aku meminta kepada-Mu dan tak jarang pula Kau memberikan-Nya padaku, tetapi apa yang kuperbuat?
Aku malah tak henti-hentinya meminta dan meminta seolah-olah lupa akan kata syukur.
Betapa seringnya Kau memberi nikmat kepadaku, tapi tak sering pula aku mengingat-Nya.
Aku sering terbuai dalam nikmat itu dan melupakan siapa pemberi nikmat itu.
Aku sering melupakan indahnya nikmat yang Kau berikan, padahal seharusnya aku menyadari, betapa beruntungnya aku dapat menikmati nikmat-Mu.
Betapa seringnya aku mengeluh dan mengeluh, dan Kau tak pernah bosan mendengar keluhanku yang kuanggap sebagai bentuk ketidakadilan yang Kau berikan padaku, padahal semua itu adalah ujianku, semua bukan milikku dan semua itu adalah yang terbaik untukku.
Tapi, pernahkah aku menyadarinya?
Aku terus mengeluh dan mengeluh tanpa bosan, padahal tau apa aku tentang arti baik yang sebenarnya bagiku
Tuhan…
Betapa banyaknya titipan-Mu yang melekat pada diriku.
Tapi, apakah aku menjaganya dengan baik?
Apakah aku telah mempergunakannya sebagaimana mestinya?
Apakah otak ini telah kupergunakan untuk berpikir dan ku isi dengan ilmu?
Lihatlah diriku yang menyerah ini.
Aku selalu berpikir “inilah kemampuanku”
Kata itu mengalir terlalu cepat dalam mulutku tanpa mau menggali ilmu dan mengisi otakku.
Padahal berapa ruang yang Kau berikan pada otakku untuk ku isi?
Tuhan…
Betapa baiknya Kau memberikan kami tangan dan mata, hingga kami tak pernah mempergunakan otak kami semaksimal mungkin.
Betapa mudahnya tangan ini mengambil kertas dan pulpen lalu menggoreskan isi buku ke dalam secarik kertas yang lain.
Dan betapa mudahnya tangan ini mengeluarkan kertas itu.
Dan betapa mudahnya mata ini melihat tumpahan isi buku itu lalu dengan tanggapnya tangan ini menumpahkan kembali demi sebuah nilai.
Tuhan…
Mengapa Kau tak coba mengalihfungsikan otak kami, atau mengapa Kau tak langsung mengambilnya dari kami agar kami menyadari betapa bodohnya kami yang telah menyia-nyiakan otak kami.
Tuhan…
Betapa seringnya telinga ini beristirahat.
Dan betapa sibuknya mulut ini bekerja, padahal engkau menciptakan 2 telinga agar kami lebih banyak mendengar.
Tapi lihatlah kami!
Telinga ini kehilangan kuncinya, hingga ia selalu tertutup rapat.
Tuhan…
Betapa sulitnya ujian-Mu untuk kami, tapi bagi kami tak ada ujian yang sulit selain ujian yang datangnya dari manusia.
Lihatlah kami!
Kami menghalalkan segala cara demi lulus ujian, tapi apakah kami menghalalkan segala cara demi lulus ujian-Mu?
Kami tidak berusaha keluar dalam ujian-Mu
Dan kami tak pernah membayangkan betapa tersiksanya kami, jika tak lulus ujian-Mu.
Betapa serakahnya kami yang menginginkan nilai demi kedudukan dan kepuasan, padahal nilai bukanlah segalanya,
Nilai tak pernah abadi.
Lagi-lagi kami memang bodoh, kami lebih mengharapkan nilai yang bersifat sementara dari pada ridhamu.
Dan kami lebih mementingkan kebahagiaan dunia daripada kebahagiaan akhirat yang bersifat abadi.
Tuhan…
Kapan kami bisa menyadarinya?
Kapan kami bisa merubahnya?
Padahal, pintu menuju jalan-Mu selalu terbuka lebar
No comments:
Post a Comment
Comment = respect = encourage ^^
Thank you ♥♥♥♥♥