Saat kuliah saya dan kedua teman saya
ditugasi membuat makalah PPKN yang bertemakan kebudayaan maka kami bertiga
pun bersepakat untuk membuat makalah yang berjudul “Membangkitkan
Semangat Generasi Muda Untuk Mempertahankan Kebudayaan Indonesia”. Berikut ini
Bab I (Pendahuluan) dari makalah yang kami buat.
1.1 Latar Belakang
Indonesia terkenal sebagai bangsa
yang luhur, memiliki keragaman budaya yang tersebar di pelosok-pelosok
nusantara, dari kesenian, adat-istiadat hingga makanan melekat mewarnai
keragaman bangsa ini.
Kebudayaan Indonesia sangatlah
banyak dan beragam, wajar akhir akhir ini banyak sekali kebudayaan Indonesia
yang sering sekali diakui oleh bangsa lain. Keragaman budaya yang dimiliki oleh
negara Indonesia sering kali mengundang perhatian negara-negara lain untuk
mengetahui lebih dalam keunikan-keunikan budaya yang kita miliki.
Tidak heran jika begitu banyaknya
budaya yang kita miliki, justru membuat kita tidak mengetahui apa saja budaya
yang ada Indonesia, bahkan kita sendiri pun sebagai generasi muda terkadang
melupakan budaya daerah kita. Sangat ironis rasanya, orang Indonesia tetapi
tidak mengenal ciri khas bangsanya sendiri.
Akhir-akhir
ini pemberitaan di media kita dibanjiri dengan berita tentang klaim sepihak
kebudayaan Indonesia oleh negara lain. Klaim tersebut dapat dikategorikan
sebagai pelecehan terhadap kredibilitas bangsa Indonesia di mata dunia.
Sayangnya kejadian ini telah terjadi berulang kali dan adanya blow up media semakin memperkeruh
suasana. Setelah adanya blow up
tersebut barulah seluruh elemen masyarakat sibuk menginventariskan dan
mematenkan kebudayaan bangsa. Setelah klaim sepihak ini terendus medialah,
masyarakat kita baru sadar bahwa begitu banyaknya khazanah kebudayaan bangsa
yang harus kita jaga.
Klaim-klaim
tersebut adalah cerminan dari kurangnya perhatian masyarakat terhadap upaya
pelestarian kebudayaan bangsa Indonesia yang kita miliki. Klaim-klaim tersebut
mencerminkan lemahnya proteksi terhadap kebudayaan yang kita miliki. Mayoritas
dari masyarakat kita menganggap sepi upaya pelestarian kebudayaan. Kita terlalu
menganggap sepele terhadap permasalahan krisis eksistensi kebudayaan bangsa
yang terjadi saat ini. Masyarakat Indonesia telah terbuai dengan kenyataan
bahwa saat ini kebudayaan Indonesia tetap lestari dengan sendirinya, atau dengan
kata lain terdapat anggapan bahwa kebudayaan bangsa Indonesia akan tetap
lestari dengan sendirinya. Kenyataannya, budaya kita dapat bertahan berkat
upaya pelestarian yang dilakukan oleh segelintir orang dari komunitas tertentu
saja dan saat ini jumlah mereka semakin berkurang dan berkurang.
Ketidakpedulian
bangsa kita terhadap apa yang kita miliki itulah yang menjadi bumerang bagi
bangsa kita sendiri. Celah ketidakpedulian inilah yang dimanfaatkan bangsa lain
untuk melancarkan klaim-klaim sepihak. Secara perlahan budaya bangsa, khususnya
yang kurang mendapat perhatian serius akan menjadi korban klaim sepihak bangsa
asing. Walaupun pada beberapa kasus, klaim-klaim yang terjadi merupakan sebuah
tindakan ceroboh nan berani tanpa memasang muka malu untuk mengklaim kebudayaan
asli Indonesia, tapi tetap saja tindakan tidak tahu malu yang dilakukan bangsa
asing berasal dari ketidakpedulian bangsa Indonesia.
Kebudayaan
sebagai sebuah fundamental bangsa yang bersifat terbuka, dimana semua bangsa
yang ada di dunia dapat menikmati dan mempelajarinya haruslah dilindungi dengan
sangat ketat. Dengan dalih kepedulian dan menambah wawasan dalam ilmu
pengetahuan, setiap bangsa di dunia berhak mempelajari kebudayaan bangsa lain.
Bisa juga dengan dalih kepedulian itu, bangsa lain turut melestarikan
kebudayaan bangsa lain untuk dikembangkan di negaranya. Bila budaya kita lebih
lestari di negara lain daripada di negara sendiri, maka tak salah bila bangsa
lain mengklaim bahwa kebudayaan itu adalah miliknya.
Seluruh
klaim yang terjadi menjadi tamparan keras bagi bangsa Indonesia dan secara tak
langsung menjadi indikator bahwa upaya proteksi dan pelestarian kebudayaan
Indonesia telah gagal. Citra Indonesia sebagai bangsa yang kaya akan khazanah
kebudayaan telah tercoreng di mata dunia. Kita dapat dianggap sebagai bangsa
yang tak mampu menjaga aset-aset berharga dari para maling-maling kebudayaan.
Kita seolah-olah menjadi bangsa yang tak tahu diri, bangsa yang tak akan pernah
merasa memiliki sebelum apa yang dimilikinya benar-benar hilang. Dapat kita
simpulkan di awal bahwa insiden-insiden klaim sepihak yang terjadi lebih
dikarenakan oleh kurangnya kesadaran berbudaya, menjaga eksistensi dan
kelestarian terhadap budaya yang kita miliki.
Pemerintah
sebenarnya tidak tinggal diam. Pemerintah memiliki program-program rutin dalam
rangka pelestarian kebudayaan bangsa maupun promosi kebudayaan ke dunia
internasional. Selama ini upaya tersebut dirasakan kurang maksimal. Apalah
artinya upaya yang gencar apabila tidak dibarengi dengan animo masyarakat yang
tinggi. Kurangnya minat masyarakat akan menjadi penghambat upaya pelestarian
kebudayaan. Selama ini upaya-upaya itu hanya berkutat di komunitas tertentu
saja, itupun dapat dikategorikan sebagai seniman, pemerhati budaya dan orang
yang benar-benar peduli akan kelestarian budaya Indonesia. Jika regenerasi para
pelestari budaya ini tak berjalan dengan baik, maka upaya keras orang-orang
yang benar-benar peduli dengan eksistensi budaya Indonesia akan terasa sia-sia
saja.
Perubahan
pola dan gaya hidup masyarakat dewasa ini juga salah satu penyebab runtuhnya
kesadaran berbudaya di kalangan masyarakat Indonesia. Khususnya bagi generasi
muda, generasi yang lahir di zaman ini, tentunya mereka banyak menyerap
kebudayaan yang berkembang di zaman mereka lahir. Generasi muda saat ini lebih
senang berkutat berlama-lama di depan komputer, mengakses situs jejaring sosial
dibandingkan menghabiskan waktunya untuk mengikuti kegiatan-kesenian daerah di
sekolah. Ekstrakurikuler yang ada di sekolahpun lebih banyak didominasi dengan
ekstrakurikuler modern dibanding dengan ekstrakurikuler kebudayaan daerah.
Buktinya, ekstrakurikuler modern dance
lebih menarik minat remaja dibanding dengan ekstrakurikuler tari tradisonal.
Hal ini juga terjadi dengan musik modern dan musik tradisional.
Tak
ubahnya dengan kehidupan orang tua. Para orang tua saat ini tak jauh berbeda
tingkat kepeduliannya dengan para putra-putri mereka dalam apresiasi seni
kebudayaan tradisional. Para orang tua lebih banyak menghabiskan waktu untuk
bekerja, itupun belum termasuk dengan waktu untuk bercengkrama dengan keluarga
apalagi untuk menghabiskan waktu untuk kegiatan kebudayaan. Terlebih dengan
para orang tua di kota-kota besar, bekerja adalah sebuah kebutuhan wajib untuk
bertahan hidup. Individu yang hidup di masa kini dipaksa untuk dapat hidup
mandiri agar dapat bertahan hidup. Dari kemandirian itulah akan tercipta dengan
sendirinya sifat-sifat individualisme dalam diri manusia. Dengan sifat
individualisme, segalanya akan dikorbankan demi kepentingan pribadi.
Permasalahannya,
perubahan pola dan gaya hidup masyarakat Indonesia saat ini telah mengarah ke
arah materialisme. Indonesia sebagai bangsa timur telah diwariskan nilai-nilai
kebudayaan spiritualis yang sangat bertentangan dengan orientasi budaya barat yang
bersifat materialisme. Orientasi materialisme itulah yang menciptakan insan
individualis yang kurang memperhatikan lingkungan sekitarnya. Saat ini waktulah
yang mengukur dan mengatur kehidupan manusia, bukan manusia lagi yang mengatur
waktunya. Seolah segala hal berkejaran dengan waktu sampai-sampai manusia
kehilangan waktu untuk bersosialisasi dengan sesamanya. Dengan kurangnya
sosialisasi inilah yang menjadi salah satu penyebab hilangnya ciri
keramah-tamahan bangsa Indonesia.
Dalil
yang mengambinghitamkan globalisasi sebagai penyebab utama runtuhnya kesadaran
berbudaya bangsa Indonesia adalah sesuatu hal yang salah besar. Kebanyakan
orang menuduh globalisasi telah membuka keran masuknya kebudayaan asing ke
Indonesia. Sungguh tuduhan itu tidak dilandasi dengan alasan yang kuat.
Globalisasi sebenarnya hanyalah sebuah produk perubahan dalam kehidupan umat
manusia dan produk perubahan yang bernama globalisasi itu berisi akumulasi
perubahan-perubahan besar yang terjadi secara bersamaan di awal milenium baru
ini. Globalisasi merupakan sebuah era baru dalam kehidupan umat manusia. Sama
halnya dengan revolusi industri. Era globalisasi juga banyak mengakibatkan
perubahan besar dalam tatanan kehidupan umat manusia saat ini. Bila di era
revolusi industri terjadi perubahan pola produksi dari tenaga konvensional
manusia ke arah mekanisasi, maka di era globalisasi pola-pola mekanisasi itu
telah dikuasai oleh teknologi digitalisasi komputer yang bekerja secara
otomatis.
Disini
ditekankan bahwa globalisasi bukanlah sebagai penyebab runtuhnya kesadaran
masyarakat Indonesia untuk melestarikan kebudayaan dan ciri khas bangsa.
Globalisasi tetaplah menjadi produk perubahan yang menandakan lahirnya era baru
kehidupan umat manusia. Premis yang mengambinghitamkan globalisasi menilai
globalisasi hanya mendukung perubahan ke arah materialisme, tetapi tidak
mendukung perubahan yang stabil di dalam kebudayaan spiritualisme. Perkembangan
teknologi yang terjadi saat ini merupakan sebuah perkembangan yang bertujuan
akhir kepada kebendaan, dan kebendaan adalah ciri khas dari budaya
materialisme.
Kita
begitu merasakan bahwa dewasa ini, kita sebagai bangsa Indonesia telah
kehilangan jati diri bangsa. Untuk dapat tetap eksis, kebudayaan spiritualis
membutuhkan dinamisator kebudayaan. Dinamisator inilah yang akan menyesuaikan
nilai-nilai kebudayaan spiritualis dengan perkembangan zaman. Jika dinamisator
ini bermasalah, maka eksistensi kebudayaan spiritualis akan terancam, begitu
pula dengan dinamisator kebudayaan Indonesia lainya.
Di
Indonesia, kita mengenal pancasila sebagai asas tunggal bangsa Indonesia.
Selama ini, eksistensi pancasila terdengar sayup-sayu saja, tapi Pancasila tak
diragukan lagi sebagai dasar negara Indonesia. Pancasila sebagai dasar negara
mengandung nilai-nilai kehidupan luhur bangsa Indonesia. Selepas runtuhnya era
orde baru di Indonesia, upaya menjaga eksistensi nilai-nilai pancasila
tenggelam oleh gejolak reformasi, krisis ekonomi dan panasnya dunia
perpolitikan yang belum stabil. Setelah orde baru tumbang banyak orang merasa
alergi dengan ideologi pancasila karena pada orde baru pancasila disalahgunakan
menjadi alat kekuasaan pemerintah. Kebanyakan dari mereka menganggap pancasila
sebagai alat doktrin rezim Soeharto, ditambah lagi dengan resesi ekonomi dan
gejolak panggung politik yang belum stabil, kepentingan eksistensi pancasila
menjadi terpinggirkan saja.
Krisis
eksistensi kebudayaan Indonesia yang diakibatkan kurangnya kesadaran masyarakat
hanyalah sebagian kecil dari efek tetesan dari kurangnya penghayatan dan pengamalan
nilai-nilai pancasila. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia tidak
hanya menjadi dinamisator kebudayaan spiritualis, tetapi juga menjadi benteng
dan filter terhadap budaya asing. Bila kita mengahayati nilai-nilai luhur yang
terkandung dalam pancasila, maka otomatis akan tumbuh kesadaran menjadi bangsa
Indonesia. Apa yang terkandung dalam pancasila tidak hanya menyinggung tentang
kebudayaan saja, tapi seluruh aspek kehidupan berbangsa dan bernegara.
Timbulnya
ketidakpedulian masyarakat terhadap kebudayaan bangsa Indonesia merupakan buah
dari ketidak-pedulian terhadap pancasila. Dalam Pancasila, kita ditekankan
untuk bangga menjadi bangsa Indonesia dan bangga terhadap apa yang kita miliki.
Dengan kebanggaan itulah, kita dapat melindungi apa yang kita punya dan apa
yang menjadi hak kita.
Yang
kita lihat saat ini dari kurangnya kesadaran dalam menghayati dan mengamalkan
nilai-nilai luhur pancasila adalah hilangnya jati diri bangsa. Generasi muda
yang lebih menyukai kebudayaan asing, masyarakat yang individulis telah cukup
menjadi sebagian kecil contohnya. Hilangnya jati diri bangsa ditandai dengan
hilangnya ciri khas keramahtamahan akibat pengaruh indivudalisme. Kemudian
disusul dengan hilangnya kepedulian sosial, contohnya keengganan untuk menciptakan
kehidupan sosial yang saling membantu dan bergotong royong dan yang terakhir
terjadi adalah kurangnya kepedulian terhadap asset berharga kebudayaan bangsa.
Dengan kurangnya penghayatan terhadap pancasila, benteng individu dalam
mempertahankan eksistensi kebudayaan dan ciri khas sebagai bangsa Indonesia
akan runtuh. Tanpa adanya benteng pancasila, nilai-nilai kebudayaan spiritualis
dalam diri kita akan mudah tergantikan dengan kebudayaan asing, terutama
kebudayaan yang bersifat materialisme.
Dari
kelima sila yang terkandung dalam Pancasila, keseluruhannya mencernminkan
nilai-nilai spiritual kehidupan Bangsa Indonesia. Di sila pertama
menyinggung tentang ketuhanan, bahwa Bangsa Indonesia adalah bangsa yang
beragama dan agama selaras dengan dasar kebudayaan spiritual. Di sila kedua
ditekankan tentang peri kemanusiaan dan adab, bahwa bangsa Indonesia adalah
bangsa yang beradab, bangsa yang ramah, bergotong royong, saling tolong
menolong dan menjunjung tinggi rasa persaudaraan. Di Sila ketiga diajarkan tentang
persatuan, nasionalisme dan cinta tanah air. Tentunya kita tidak akan mau apa
yang kita miliki dirampas seenaknya oleh bangsa lain. Di sila ke-empat
menjelaskan tentang permusyawaratan yang mencerminkan sifat dasar manusia
sebagai makhluk sosial. Manusia tak akan pernah bisa mengkhianati kodratnya
sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa orang lain, bahkan dalam
mengambil keputusanpun kita harus mempertimbangkan pendapat orang lain. Di Sila
terakhir diajarkan tentang keadilan sosial, yaitu sebuah persamaan tanpa adanya
upaya membeda-bedakan dalam kehidupan bangsa Indonesia.
Tentunya
dengan kesadaran dan upaya menjaga eksistensi, pancasila kita akan dapat
menjaga aset-aset berharga bangsa. Kebudayaan sebagai aset bangsa yang menjadi
ciri khas tentunya harus kita lindungi dengan baik. Namun sebelum melindungi
aset kebudayaan bangsa, terlebih dahulu kita harus menjaga diri kita dengan
membentengi diri dengan nilai-nilai luhur Pancasila. Jika nilai luhur Pancasila
telah meresap dalam diri kita, maka akan timbul rasa nasionalisme, rasa cinta
tanah air Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, adapun rumusan masalah dari makalah yang kami buat,
yaitu;
1. Bagaimana
membangkitkan semangat generasi muda untuk mempertahankan kebudayaan Indonesia?
2. Bagaimana
perkembangan budaya Indonesia dewasa kini?
3. Apa
saja kebudayaan Indonesia yang mulai luntur?
4. Apa
saja kebudayaan Indonesia yang tergantikan kebudayaan asing?
5. Apa
saja transformasi budaya asing yang memberi dampak positif bagi bagsa
Indonesia?
1.3 Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan
masalah di atas, adapun tujuan kami membuat makalah ini, yaitu;
1. Membangkitkan
semangat generasi muda untuk mempertahankan kebudayaan Indonesia.
2. Mengetahui
kekayaan warisan leluhur bangsa Indonesia,
3. Mengetahui
perkembangan kebudayaan Indonesia di era modernisasi,
4. Menumbuhkan
rasa rindu pada remaja Indonesia akan kebudayaan Indonesia yang hampir punah,
5. Menumbuhkan
rasa bangga akan kebudayaan yang dimiliki Indonesia,
1.4 Hipotesa
Berdasarkan
rumusan masalah yang kami buat, adapun jawaban sementara dari rumusan masalah
tersebut, yaitu:
1. Cara
untuk membangkitkan semangat generasi muda dalam mempertahankan kebudayaan
Indonesia yaitu:
a.
Warga Indonesia harus bangga memiliki
warisan leluhur yang kaya dan beragam. Mereka juga harus membandingkan dengan
negara lain yang memiliki kebudayaan tidak sebanyak Indonesia dan negara
tersebut mengklaim kebudayaan negara lain. Contohya; Malaysia mengklaim bahwa
batik merupakan kebudayaan Malaysia.
b.
Membuat pertunjukkan kebudayaan
tradisional bertaraf Internasional. Contohya; pada tahun 2011, ekstrakulikuler
angklung SMA Negeri 3 Bandung menjelajahi Eropa dan memperkenalkan alat musik
angklung di hadapan warga Eropa.
c.
Membuat inovasi, khususnya dalam bidang fashion. Para desainer dapat membuat
pakaian modern dengan menambahkan unsur kebudayaan Indonesia. Selain itu juga,
memperkenalkan pakaian tersebut ke seluruh warga dunia karena seperti yang kita
ketahui, warga Indonesia memandang suatu barang dari mahal, dan mendunianya
saja. Barang yang banyak dipakai oleh masyarakat luar negeri, itulah barang
yang diincar oleh warga Indonesia.
2. Kebudayaan
Indonesia dewasa kini sangat memprihatinkan. Kebudayaan Indonesia tidak lagi
mementingkan moral. Contohnya, banyak anak muda yang lebih menyukai pakaian
terbuka daripada pakaian tertutup. Tidak hanya itu, warga Indonesia juga
sedikit demi sedikit mulai melupakan kebudayaan Indonesia, sebagai contoh;
generasi muda lebih menyukai tarian modern dibandingkan tarian tradisional,
apalagi kebanyakan para remaja terkena korean
wave hingga akhirnya budaya korea menjamur dimana-mana, seperti menjamurnya
girl band dan boy band di Indonesia.
3. Kebudayaan
Indonesia yang sudah luntur yaitu:
a. Gotong royong dalam membangun rumah. Pada
zaman dahulu, masyarakat gotong royong membangun rumah untuk tetangganya
ataupun saudaranya. Akan tetapi, saat ini masyarakat hanya tinggal meminta
perusahaan yang menyediakan jasa untuk membangun rumah.
b. Berkurangnya minat remaja terhadap wayang.
Hal yang memalukan adalah ketika pertunjukkan wayang kulit dibawakan oleh
kelompok teater terkenal asal Inggris. Mereka sengaja datang ke Indonesia untuk
mempelajari wayang dan ingin mengadakan pertunjukan wayang kemudian
pertunjukkan tersebut disaksikan oleh warga Indonesia.
4. Kebudayaan
Indonesia yang tergantikan oleh kebudayaan asing yaitu:
a.
Permainan tradisional digantikan oleh
gadget canggih.
b.
Kuliner tradisional digantikan oleh
kuliner asing. Contohnya; sulit ditemukannya jajanan pasar di toko kue, toko
kue lebih senang menjual cup cake, pastry.
Selain itu juga, remaja Indonesia lebih menyukai ramen, padahal ramen tidak
beda jauh dengan mie ayam. Remaja Indonesia juga lebih menyukai salad
dibandingkan dengan lalap.
c.
Rumah tradisional sudah digantikan dengan
rumah kaca dan rumah bergaya Eropa lainnya. Padahal rumah kaca tidak baik untuk
lingkungan karena menyebabkan pemansasan global
5. Dampak
positif transformasi kebudayaan asing bagi Indonesia yaitu:
a.
Contohnya adalah gaya berkerudung yang
sedang populer di Indonesia. Pasmina dan gaya berkerudung yang tengah populer
di Indonesia merupakan gaya berkerudung bangsa timur tengah. Gaya berkerudung
tersebut banyak ditiru oleh warga Indonesia, khususnya pemeluk agama islam,
bahkan tidak sedikit warga Indonesia yang memutuskan berkerudung. Hal ini
berdampak positif karena dengan memakai kerudung, orang tersebut menutup
auratnya dan terhindar dari pelecehan seksual.
Source:
- Andhika, Christina Setyanti. 2012. “Asal Muasal Budaya Peranakan”. http://female.kompas.com/read/2012/06/17/17210713/Indonesia.Asal.Muasal.Budaya.Peranakan#. (15 Maret 2013)
- Atma, Khairul. 2012. “Mengapa Budaya Indonesia sering Diakui”. http://kalimanatan.blogspot.com/2012/06/mengapa-budaya-indonesia-sering-di-akui.html#.UUXQQaJgdjg. (3 April 2013)
- Avielzah, Puspita. “Perkembangan Budaya Indonesia Saat Ini”. http://puspitaavielzah.blogspot.com/2013/01/perkembangan-budaya-indonesia-saat-ini_14.html. (26 Maret 2013)
- Contoh-Contoh Akulturasi Indonesia. 2012. “Akulturasi Indonesia”. http://abccontoh2alkulturasi.blogspot.com/. (4 April 2013)
- Erlangga, Dicka. 2012. “Akultrasi Budaya”. http://dickaerlangga.blogspot.com/2012/03/akulturasi-budaya.html. (4 April 2013)
- Fery, Dio Andriawan. 2010. “Akulturasi Budaya”.http://divaronero.wordpress.com/2010/10/08/akulturasi-budaya/. (4 April 2013)
- Lorenza, Ade Panjaitan, dkk. “Akultrasi Budaya Lokal, Hindu-Budha dan Islam”. http://spestuneducation.blogspot.com/2012/11/akulturasi-budaya-lokal-hindu-buddha.html. (24 Maret 2013)
- Media Indonesia. 2011. “Ekstensi Pancasila dan Ekstensi Kebudayaan”. http://kem.ami.or.id/2011/10/eksistensi-pancasila-dan-eksistensi-kebudayaan/. (14 Maret 2013)
- Perpustakaan Cyber. 2013. “Hubungan Antar Budaya: Difusi, Akulturasi, Asimiliasi, Pembaharuan”. http://perpustakaancyber.blogspot.com/2013/02/hubungan-antar-budaya-difusi-akulturasi-asimilasi-pengertian.html. (4 April 2013)
- UUD 1945
- Wikipedia. 2013. “Budaya Indonesia”. http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya_Indonesia#Kebudayaan_nasional. (15 Maret 2013)
- Zulfi, Iqbal. 2012. “Asal Usul Budaya”. http://iqbalzulfii.blogspot.com/2012/06/asal-usul-budaya.html. (15 Maret 2013)
Next post 👉🏻 BAB II - Landasan Teori
Download lengkap makalah Membangkitkan Semangat Generasi Muda Untuk Mempertahankan Kebudayaan Indonesia
Credit : Asti + Erifini
Please take full credit for taking out
artikelnya bagus kak
ReplyDeleteTerima kasih ^^
Delete