Wednesday, 28 September 2016

Bab I - Mempertahankan Kebudayaan Indonesia

Saat kuliah saya dan kedua teman saya ditugasi membuat makalah PPKN yang bertemakan kebudayaan maka kami bertiga pun bersepakat untuk membuat makalah yang berjudul “Membangkitkan Semangat Generasi Muda Untuk Mempertahankan Kebudayaan Indonesia”. Berikut ini Bab I (Pendahuluan) dari makalah yang kami buat.

1.1             Latar Belakang


Indonesia terkenal sebagai bangsa yang luhur, memiliki keragaman budaya yang tersebar di pelosok-pelosok nusantara, dari kesenian, adat-istiadat hingga makanan melekat mewarnai keragaman bangsa ini. 
Kebudayaan Indonesia sangatlah banyak dan beragam, wajar akhir akhir ini banyak sekali kebudayaan Indonesia yang sering sekali diakui oleh bangsa lain. Keragaman budaya yang dimiliki oleh negara Indonesia sering kali mengundang perhatian negara-negara lain untuk mengetahui lebih dalam keunikan-keunikan budaya yang kita miliki. 
Tidak heran jika begitu banyaknya budaya yang kita miliki, justru membuat kita tidak mengetahui apa saja budaya yang ada Indonesia, bahkan kita sendiri pun sebagai generasi muda terkadang melupakan budaya daerah kita. Sangat ironis rasanya, orang Indonesia tetapi tidak mengenal ciri khas bangsanya sendiri. 
Akhir-akhir ini pemberitaan di media kita dibanjiri dengan berita tentang klaim sepihak kebudayaan Indonesia oleh negara lain. Klaim tersebut dapat dikategorikan sebagai pelecehan terhadap kredibilitas bangsa Indonesia di mata dunia. Sayangnya kejadian ini telah terjadi berulang kali dan adanya blow up media semakin memperkeruh suasana. Setelah adanya blow up tersebut barulah seluruh elemen masyarakat sibuk menginventariskan dan mematenkan kebudayaan bangsa. Setelah klaim sepihak ini terendus medialah, masyarakat kita baru sadar bahwa begitu banyaknya khazanah kebudayaan bangsa yang harus kita jaga.
Klaim-klaim tersebut adalah cerminan dari kurangnya perhatian masyarakat terhadap upaya pelestarian kebudayaan bangsa Indonesia yang kita miliki. Klaim-klaim tersebut mencerminkan lemahnya proteksi terhadap kebudayaan yang kita miliki. Mayoritas dari masyarakat kita menganggap sepi upaya pelestarian kebudayaan. Kita terlalu menganggap sepele terhadap permasalahan krisis eksistensi kebudayaan bangsa yang terjadi saat ini. Masyarakat Indonesia telah terbuai dengan kenyataan bahwa saat ini kebudayaan Indonesia tetap lestari dengan sendirinya, atau dengan kata lain terdapat anggapan bahwa kebudayaan bangsa Indonesia akan tetap lestari dengan sendirinya. Kenyataannya, budaya kita dapat bertahan berkat upaya pelestarian yang dilakukan oleh segelintir orang dari komunitas tertentu saja dan saat ini jumlah mereka semakin berkurang dan berkurang.
Ketidakpedulian bangsa kita terhadap apa yang kita miliki itulah yang menjadi bumerang bagi bangsa kita sendiri. Celah ketidakpedulian inilah yang dimanfaatkan bangsa lain untuk melancarkan klaim-klaim sepihak. Secara perlahan budaya bangsa, khususnya yang kurang mendapat perhatian serius akan menjadi korban klaim sepihak bangsa asing. Walaupun pada beberapa kasus, klaim-klaim yang terjadi merupakan sebuah tindakan ceroboh nan berani tanpa memasang muka malu untuk mengklaim kebudayaan asli Indonesia, tapi tetap saja tindakan tidak tahu malu yang dilakukan bangsa asing berasal dari ketidakpedulian bangsa Indonesia.
Kebudayaan sebagai sebuah fundamental bangsa yang bersifat terbuka, dimana semua bangsa yang ada di dunia dapat menikmati dan mempelajarinya haruslah dilindungi dengan sangat ketat. Dengan dalih kepedulian dan menambah wawasan dalam ilmu pengetahuan, setiap bangsa di dunia berhak mempelajari kebudayaan bangsa lain. Bisa juga dengan dalih kepedulian itu, bangsa lain turut melestarikan kebudayaan bangsa lain untuk dikembangkan di negaranya. Bila budaya kita lebih lestari di negara lain daripada di negara sendiri, maka tak salah bila bangsa lain mengklaim bahwa kebudayaan itu adalah miliknya.
Seluruh klaim yang terjadi menjadi tamparan keras bagi bangsa Indonesia dan secara tak langsung menjadi indikator bahwa upaya proteksi dan pelestarian kebudayaan Indonesia telah gagal. Citra Indonesia sebagai bangsa yang kaya akan khazanah kebudayaan telah tercoreng di mata dunia. Kita dapat dianggap sebagai bangsa yang tak mampu menjaga aset-aset berharga dari para maling-maling kebudayaan. Kita seolah-olah menjadi bangsa yang tak tahu diri, bangsa yang tak akan pernah merasa memiliki sebelum apa yang dimilikinya benar-benar hilang. Dapat kita simpulkan di awal bahwa insiden-insiden klaim sepihak yang terjadi lebih dikarenakan oleh kurangnya kesadaran berbudaya, menjaga eksistensi dan kelestarian terhadap budaya yang kita miliki.
Pemerintah sebenarnya tidak tinggal diam. Pemerintah memiliki program-program rutin dalam rangka pelestarian kebudayaan bangsa maupun promosi kebudayaan ke dunia internasional. Selama ini upaya tersebut dirasakan kurang maksimal. Apalah artinya upaya yang gencar apabila tidak dibarengi dengan animo masyarakat yang tinggi. Kurangnya minat masyarakat akan menjadi penghambat upaya pelestarian kebudayaan. Selama ini upaya-upaya itu hanya berkutat di komunitas tertentu saja, itupun dapat dikategorikan sebagai seniman, pemerhati budaya dan orang yang benar-benar peduli akan kelestarian budaya Indonesia. Jika regenerasi para pelestari budaya ini tak berjalan dengan baik, maka upaya keras orang-orang yang benar-benar peduli dengan eksistensi budaya Indonesia akan terasa sia-sia saja.
Perubahan pola dan gaya hidup masyarakat dewasa ini juga salah satu penyebab runtuhnya kesadaran berbudaya di kalangan masyarakat Indonesia. Khususnya bagi generasi muda, generasi yang lahir di zaman ini, tentunya mereka banyak menyerap kebudayaan yang berkembang di zaman mereka lahir. Generasi muda saat ini lebih senang berkutat berlama-lama di depan komputer, mengakses situs jejaring sosial dibandingkan menghabiskan waktunya untuk mengikuti kegiatan-kesenian daerah di sekolah. Ekstrakurikuler yang ada di sekolahpun lebih banyak didominasi dengan ekstrakurikuler modern dibanding dengan ekstrakurikuler kebudayaan daerah. Buktinya, ekstrakurikuler modern dance lebih menarik minat remaja dibanding dengan ekstrakurikuler tari tradisonal. Hal ini juga terjadi dengan musik modern dan musik tradisional.
Tak ubahnya dengan kehidupan orang tua. Para orang tua saat ini tak jauh berbeda tingkat kepeduliannya dengan para putra-putri mereka dalam apresiasi seni kebudayaan tradisional. Para orang tua lebih banyak menghabiskan waktu untuk bekerja, itupun belum termasuk dengan waktu untuk bercengkrama dengan keluarga apalagi untuk menghabiskan waktu untuk kegiatan kebudayaan. Terlebih dengan para orang tua di kota-kota besar, bekerja adalah sebuah kebutuhan wajib untuk bertahan hidup. Individu yang hidup di masa kini dipaksa untuk dapat hidup mandiri agar dapat bertahan hidup. Dari kemandirian itulah akan tercipta dengan sendirinya sifat-sifat individualisme dalam diri manusia. Dengan sifat individualisme, segalanya akan dikorbankan demi kepentingan pribadi.
Permasalahannya, perubahan pola dan gaya hidup masyarakat Indonesia saat ini telah mengarah ke arah materialisme. Indonesia sebagai bangsa timur telah diwariskan nilai-nilai kebudayaan spiritualis yang sangat bertentangan dengan orientasi budaya barat yang bersifat materialisme. Orientasi materialisme itulah yang menciptakan insan individualis yang kurang memperhatikan lingkungan sekitarnya. Saat ini waktulah yang mengukur dan mengatur kehidupan manusia, bukan manusia lagi yang mengatur waktunya. Seolah segala hal berkejaran dengan waktu sampai-sampai manusia kehilangan waktu untuk bersosialisasi dengan sesamanya. Dengan kurangnya sosialisasi inilah yang menjadi salah satu penyebab hilangnya ciri keramah-tamahan bangsa Indonesia.
Dalil yang mengambinghitamkan globalisasi sebagai penyebab utama runtuhnya kesadaran berbudaya bangsa Indonesia adalah sesuatu hal yang salah besar. Kebanyakan orang menuduh globalisasi telah membuka keran masuknya kebudayaan asing ke Indonesia. Sungguh tuduhan itu tidak dilandasi dengan alasan yang kuat. Globalisasi sebenarnya hanyalah sebuah produk perubahan dalam kehidupan umat manusia dan produk perubahan yang bernama globalisasi itu berisi akumulasi perubahan-perubahan besar yang terjadi secara bersamaan di awal milenium baru ini. Globalisasi merupakan sebuah era baru dalam kehidupan umat manusia. Sama halnya dengan revolusi industri. Era globalisasi juga banyak mengakibatkan perubahan besar dalam tatanan kehidupan umat manusia saat ini. Bila di era revolusi industri terjadi perubahan pola produksi dari tenaga konvensional manusia ke arah mekanisasi, maka di era globalisasi pola-pola mekanisasi itu telah dikuasai oleh teknologi digitalisasi komputer yang bekerja secara otomatis.

Disini ditekankan bahwa globalisasi bukanlah sebagai penyebab runtuhnya kesadaran masyarakat Indonesia untuk melestarikan kebudayaan dan ciri khas bangsa. Globalisasi tetaplah menjadi produk perubahan yang menandakan lahirnya era baru kehidupan umat manusia. Premis yang mengambinghitamkan globalisasi menilai globalisasi hanya mendukung perubahan ke arah materialisme, tetapi tidak mendukung perubahan yang stabil di dalam kebudayaan spiritualisme. Perkembangan teknologi yang terjadi saat ini merupakan sebuah perkembangan yang bertujuan akhir kepada kebendaan, dan kebendaan adalah ciri khas dari budaya materialisme.
Kita begitu merasakan bahwa dewasa ini, kita sebagai bangsa Indonesia telah kehilangan jati diri bangsa. Untuk dapat tetap eksis, kebudayaan spiritualis membutuhkan dinamisator kebudayaan. Dinamisator inilah yang akan menyesuaikan nilai-nilai kebudayaan spiritualis dengan perkembangan zaman. Jika dinamisator ini bermasalah, maka eksistensi kebudayaan spiritualis akan terancam, begitu pula dengan dinamisator kebudayaan Indonesia lainya.
Di Indonesia, kita mengenal pancasila sebagai asas tunggal bangsa Indonesia. Selama ini, eksistensi pancasila terdengar sayup-sayu saja, tapi Pancasila tak diragukan lagi sebagai dasar negara Indonesia. Pancasila sebagai dasar negara mengandung nilai-nilai kehidupan luhur bangsa Indonesia. Selepas runtuhnya era orde baru di Indonesia, upaya menjaga eksistensi nilai-nilai pancasila tenggelam oleh gejolak reformasi, krisis ekonomi dan panasnya dunia perpolitikan yang belum stabil. Setelah orde baru tumbang banyak orang merasa alergi dengan ideologi pancasila karena pada orde baru pancasila disalahgunakan menjadi alat kekuasaan pemerintah. Kebanyakan dari mereka menganggap pancasila sebagai alat doktrin rezim Soeharto, ditambah lagi dengan resesi ekonomi dan gejolak panggung politik yang belum stabil, kepentingan eksistensi pancasila menjadi terpinggirkan saja.
Krisis eksistensi kebudayaan Indonesia yang diakibatkan kurangnya kesadaran masyarakat hanyalah sebagian kecil dari efek tetesan dari kurangnya penghayatan dan pengamalan nilai-nilai pancasila. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia tidak hanya menjadi dinamisator kebudayaan spiritualis, tetapi juga menjadi benteng dan filter terhadap budaya asing. Bila kita mengahayati nilai-nilai luhur yang terkandung dalam pancasila, maka otomatis akan tumbuh kesadaran menjadi bangsa Indonesia. Apa yang terkandung dalam pancasila tidak hanya menyinggung tentang kebudayaan saja, tapi seluruh aspek kehidupan berbangsa dan bernegara.
Timbulnya ketidakpedulian masyarakat terhadap kebudayaan bangsa Indonesia merupakan buah dari ketidak-pedulian terhadap pancasila. Dalam Pancasila, kita ditekankan untuk bangga menjadi bangsa Indonesia dan bangga terhadap apa yang kita miliki. Dengan kebanggaan itulah, kita dapat melindungi apa yang kita punya dan apa yang menjadi hak kita.
Yang kita lihat saat ini dari kurangnya kesadaran dalam menghayati dan mengamalkan nilai-nilai luhur pancasila adalah hilangnya jati diri bangsa. Generasi muda yang lebih menyukai kebudayaan asing, masyarakat yang individulis telah cukup menjadi sebagian kecil contohnya. Hilangnya jati diri bangsa ditandai dengan hilangnya ciri khas keramahtamahan akibat pengaruh indivudalisme. Kemudian disusul dengan hilangnya kepedulian sosial, contohnya keengganan untuk menciptakan kehidupan sosial yang saling membantu dan bergotong royong dan yang terakhir terjadi adalah kurangnya kepedulian terhadap asset berharga kebudayaan bangsa. Dengan kurangnya penghayatan terhadap pancasila, benteng individu dalam mempertahankan eksistensi kebudayaan dan ciri khas sebagai bangsa Indonesia akan runtuh. Tanpa adanya benteng pancasila, nilai-nilai kebudayaan spiritualis dalam diri kita akan mudah tergantikan dengan kebudayaan asing, terutama kebudayaan yang bersifat materialisme.
Dari kelima sila yang terkandung dalam Pancasila, keseluruhannya mencernminkan nilai-nilai spiritual kehidupan Bangsa Indonesia. Di  sila pertama menyinggung tentang ketuhanan, bahwa Bangsa Indonesia adalah bangsa yang beragama dan agama selaras dengan dasar kebudayaan spiritual. Di sila kedua ditekankan tentang peri kemanusiaan dan adab, bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang beradab, bangsa yang ramah, bergotong royong, saling tolong menolong dan menjunjung tinggi rasa persaudaraan. Di Sila ketiga diajarkan tentang persatuan, nasionalisme dan cinta tanah air. Tentunya kita tidak akan mau apa yang kita miliki dirampas seenaknya oleh bangsa lain. Di sila ke-empat menjelaskan tentang permusyawaratan yang mencerminkan sifat dasar manusia sebagai makhluk sosial. Manusia tak akan pernah bisa mengkhianati kodratnya sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa orang lain, bahkan dalam mengambil keputusanpun kita harus mempertimbangkan pendapat orang lain. Di Sila terakhir diajarkan tentang keadilan sosial, yaitu sebuah persamaan tanpa adanya upaya membeda-bedakan dalam kehidupan bangsa Indonesia.
Tentunya dengan kesadaran dan upaya menjaga eksistensi, pancasila kita akan dapat menjaga aset-aset berharga bangsa. Kebudayaan sebagai aset bangsa yang menjadi ciri khas tentunya harus kita lindungi dengan baik. Namun sebelum melindungi aset kebudayaan bangsa, terlebih dahulu kita harus menjaga diri kita dengan membentengi diri dengan nilai-nilai luhur Pancasila. Jika nilai luhur Pancasila telah meresap dalam diri kita, maka akan timbul rasa nasionalisme, rasa cinta tanah air Indonesia.

1.2             Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, adapun rumusan masalah dari makalah yang kami buat, yaitu;
1.    Bagaimana membangkitkan semangat generasi muda untuk mempertahankan kebudayaan Indonesia?
2.    Bagaimana perkembangan budaya Indonesia dewasa kini?
3.    Apa saja kebudayaan Indonesia yang mulai luntur?
4.    Apa saja kebudayaan Indonesia yang tergantikan kebudayaan asing?
5.    Apa saja transformasi budaya asing yang memberi dampak positif bagi bagsa Indonesia?

1.3             Tujuan


Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, adapun tujuan kami membuat makalah ini, yaitu;
1.    Membangkitkan semangat generasi muda untuk mempertahankan kebudayaan Indonesia.
2.    Mengetahui kekayaan warisan leluhur bangsa Indonesia,
3.    Mengetahui perkembangan kebudayaan Indonesia di era modernisasi,
4.    Menumbuhkan rasa rindu pada remaja Indonesia akan kebudayaan Indonesia yang hampir punah,
5.    Menumbuhkan rasa bangga akan kebudayaan yang dimiliki Indonesia,

1.4             Hipotesa


Berdasarkan rumusan masalah yang kami buat, adapun jawaban sementara dari rumusan masalah tersebut, yaitu:
1.    Cara untuk membangkitkan semangat generasi muda dalam mempertahankan kebudayaan Indonesia yaitu:
a.         Warga Indonesia harus bangga memiliki warisan leluhur yang kaya dan beragam. Mereka juga harus membandingkan dengan negara lain yang memiliki kebudayaan tidak sebanyak Indonesia dan negara tersebut mengklaim kebudayaan negara lain. Contohya; Malaysia mengklaim bahwa batik merupakan kebudayaan Malaysia.
b.        Membuat pertunjukkan kebudayaan tradisional bertaraf Internasional. Contohya; pada tahun 2011, ekstrakulikuler angklung SMA Negeri 3 Bandung menjelajahi Eropa dan memperkenalkan alat musik angklung di hadapan warga Eropa.
c.         Membuat inovasi, khususnya dalam bidang fashion. Para desainer dapat membuat pakaian modern dengan menambahkan unsur kebudayaan Indonesia. Selain itu juga, memperkenalkan pakaian tersebut ke seluruh warga dunia karena seperti yang kita ketahui, warga Indonesia memandang suatu barang dari mahal, dan mendunianya saja. Barang yang banyak dipakai oleh masyarakat luar negeri, itulah barang yang diincar oleh warga Indonesia.
2.    Kebudayaan Indonesia dewasa kini sangat memprihatinkan. Kebudayaan Indonesia tidak lagi mementingkan moral. Contohnya, banyak anak muda yang lebih menyukai pakaian terbuka daripada pakaian tertutup. Tidak hanya itu, warga Indonesia juga sedikit demi sedikit mulai melupakan kebudayaan Indonesia, sebagai contoh; generasi muda lebih menyukai tarian modern dibandingkan tarian tradisional, apalagi kebanyakan para remaja terkena korean wave hingga akhirnya budaya korea menjamur dimana-mana, seperti menjamurnya girl band dan boy band di Indonesia.
3.    Kebudayaan Indonesia yang sudah luntur yaitu:
a.     Gotong royong dalam membangun rumah. Pada zaman dahulu, masyarakat gotong royong membangun rumah untuk tetangganya ataupun saudaranya. Akan tetapi, saat ini masyarakat hanya tinggal meminta perusahaan yang menyediakan jasa untuk membangun rumah.
b.     Berkurangnya minat remaja terhadap wayang. Hal yang memalukan adalah ketika pertunjukkan wayang kulit dibawakan oleh kelompok teater terkenal asal Inggris. Mereka sengaja datang ke Indonesia untuk mempelajari wayang dan ingin mengadakan pertunjukan wayang kemudian pertunjukkan tersebut disaksikan oleh warga Indonesia.
4.    Kebudayaan Indonesia yang tergantikan oleh kebudayaan asing yaitu:
a.         Permainan tradisional digantikan oleh gadget canggih.
b.        Kuliner tradisional digantikan oleh kuliner asing. Contohnya; sulit ditemukannya jajanan pasar di toko kue, toko kue lebih senang menjual cup cake, pastry. Selain itu juga, remaja Indonesia lebih menyukai ramen, padahal ramen tidak beda jauh dengan mie ayam. Remaja Indonesia juga lebih menyukai salad dibandingkan dengan lalap.
c.         Rumah tradisional sudah digantikan dengan rumah kaca dan rumah bergaya Eropa lainnya. Padahal rumah kaca tidak baik untuk lingkungan karena menyebabkan pemansasan global
5.    Dampak positif transformasi kebudayaan asing bagi Indonesia yaitu:


a.         Contohnya adalah gaya berkerudung yang sedang populer di Indonesia. Pasmina dan gaya berkerudung yang tengah populer di Indonesia merupakan gaya berkerudung bangsa timur tengah. Gaya berkerudung tersebut banyak ditiru oleh warga Indonesia, khususnya pemeluk agama islam, bahkan tidak sedikit warga Indonesia yang memutuskan berkerudung. Hal ini berdampak positif karena dengan memakai kerudung, orang tersebut menutup auratnya dan terhindar dari pelecehan seksual.

Source:
  1. Andhika, Christina Setyanti. 2012. “Asal Muasal Budaya Peranakan”. http://female.kompas.com/read/2012/06/17/17210713/Indonesia.Asal.Muasal.Budaya.Peranakan#. (15 Maret 2013)
  2. Atma, Khairul. 2012. “Mengapa Budaya Indonesia sering Diakui”. http://kalimanatan.blogspot.com/2012/06/mengapa-budaya-indonesia-sering-di-akui.html#.UUXQQaJgdjg. (3 April 2013)
  3. Avielzah, Puspita. “Perkembangan Budaya Indonesia Saat Ini”. http://puspitaavielzah.blogspot.com/2013/01/perkembangan-budaya-indonesia-saat-ini_14.html. (26 Maret 2013)
  4. Contoh-Contoh Akulturasi Indonesia. 2012. “Akulturasi Indonesia”. http://abccontoh2alkulturasi.blogspot.com/. (4 April 2013)
  5. Erlangga, Dicka. 2012. “Akultrasi Budaya”. http://dickaerlangga.blogspot.com/2012/03/akulturasi-budaya.html. (4 April 2013)
  6. Fery, Dio Andriawan. 2010. “Akulturasi Budaya”.http://divaronero.wordpress.com/2010/10/08/akulturasi-budaya/. (4 April 2013)
  7. Lorenza, Ade Panjaitan, dkk. “Akultrasi Budaya Lokal, Hindu-Budha dan Islam”. http://spestuneducation.blogspot.com/2012/11/akulturasi-budaya-lokal-hindu-buddha.html. (24 Maret 2013)
  8. Media Indonesia. 2011. “Ekstensi Pancasila dan Ekstensi Kebudayaan”. http://kem.ami.or.id/2011/10/eksistensi-pancasila-dan-eksistensi-kebudayaan/. (14 Maret 2013)
  9. Perpustakaan Cyber. 2013. “Hubungan Antar Budaya: Difusi, Akulturasi, Asimiliasi, Pembaharuan”. http://perpustakaancyber.blogspot.com/2013/02/hubungan-antar-budaya-difusi-akulturasi-asimilasi-pengertian.html. (4 April 2013)
  10. UUD 1945
  11. Wikipedia. 2013. “Budaya Indonesia”. http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya_Indonesia#Kebudayaan_nasional. (15 Maret 2013)
  12. Zulfi, Iqbal. 2012. “Asal Usul Budaya”. http://iqbalzulfii.blogspot.com/2012/06/asal-usul-budaya.html. (15 Maret 2013)

Next post 👉🏻 BAB II - Landasan Teori



Credit : Asti + Erifini
Please take full credit for taking out

2 comments:

Comment = respect = encourage ^^
Thank you ♥♥♥♥♥