Friday 29 July 2011

Antara aku, dia, mereka, dan kita

Sobat, aku kesel banget nih sama orang ini, maunya apa sih? Apa yang
dia inginkan dariku?

Disaat sahabatku dari SMP lebih memilih dekat dengannya, aku sendiri,
merasakan bagaimana kehangatan yang ia jalin dengan sahabatku. Jujur,
dulu aku ingin mengganti nama BF (Best Friend) dalam kontak HP ku,
karena aku berpikir dia adalah mantan sahabatku, dan apa pantas dia
menjadi sahabatku kembali? Tapi, aku juga menyadari, bagaimana pun dia
telah berjasa dalam hidupku. Bagaimanapun aku dapat berdiri karenanya.
Akhirnya aku mengurungkan niatku untuk mengubah kontak tersebut. Aku
hanya berpikir, biarlah jika ini sekedar formalitas, jika hatiku tak
menerima, biarkan saja, yang jelas aku tetap ingin menyebutnya sahabat
walaupun hati ini tak menyetujui.

Sobat, akhir semester 2, dan telah berlangsungnya PSP. Sahabatku ada
masalah dengan orang itu, dan dia pun menyadari bahwa orang itu
menyebalkan. Aku hanya tersenyum lega, karena akhirnya dia menyadari
itu. Akhirnya sahabatku kembali padaku. Dan aku bersyukur akan
kembalinya sahabatku kedalam pelukanku. Aku pun ingin memulai lembar
baru dengan dirinya. Aku tak ingin Orang itu mencampuri urusanku
dengan sahabatku lagi. MAu senang, sedih atau bagaimanapun, aku harap
orang itu tak peduli dengan aku dan sahabatku, tak mencampurinya, dan
tak usah so peduli atau prihatin kepada kami, karena kami yakin, kamji
dapat melaluinya.

Sobat, tapi waktu berbicara lain. Saat ku mulai dekat seperti dulu
dengan sahabatku, orang itu mendekati sahabatku lagi. Waktu itu,
sahabatku di rancaekek meninggal. Dan orang itu so peduli dengan
kematian sahabatku di Rancaekek Dia bercerita tentang almarhum dan
menceritakan kalau BBM-nya masih aktif. Aku sangat kesal. Mengapa dia
katakan itu? Kenapa dia baru katakan itu, apa maksudnya? Nggak usah so
peduli deh sama almarhum. Apa tujuan kamu berbicara seperti itu,Oke,
walaupun BBM-nya masih aktif tapi itu hanya sekedar BBM, hanya maya.
Tapi cobalah kau pergi ke bumi rancaekek dan tujulah pemakaman buah
dua. Dia sudah beristirahat disana dengan doa yang menyertainya.
Semenjak itulah orang itu dekat dengan sahabatku lagi.

Apa mau kamu sebenarnya? Mengapa saat ku dekat dengan sahabatku kau
dekati sahabatku lagi. Apa yang kau inginkan dari aku? Apa yang kau
inginkan dari mereka? Dan apa yang kau inginkan dari kami?

Sobat, jujur, aku tidak suka dengan orang itu. Dia selalu
menggampangkan segala sesuatu. Mengapa dia tak pernah belajar dari
masa lalu? Aku tak bisa melakukan apa-apa sobat, aku ini hanya seorang
sekretaris yang harus tunduk dengan atasanku.

Sobat, bagaimana rasanya digantikan posisi itu? Sakit sobat. Rasanya
sakit... Sobat, aku kan hanya izin tidak mengikuti latihan pada saat
aku pergi ke luar kota. Bukan untuk selamanya sobat. Aku yang membuat
surat perizinan, tapi tak adapun surat untuk mempersilahkanku keluar
kelas, dan tahu-tahu dia berkata; "Kamu kemana aja ih? Kenapa nggak
ikut?"
Aku hanya tersenyum kecut, Sobat aku ingin memberotak, aku tak bisa
izin karena surat itu tak sampai dikelasku. Dan saat kutanyakan,
memang sudah ada yang menggantikanku. Aku memang sudah tak berarti
apa-apa sobat.

-Dadakan kembali-
Waktu itu, dia sudah berkata padaku untuk membuatkan surat izin. Aku
terheran, mengapa aku? Kita sudah kelas 3, masih pantaskah kita untuk
turun tangan? Saya rasa kita memang pantas untuk berpartisipasi bukan
untuk mengatur. Biarlah anak kelas 2 yang mengatur. Sudah saatnya kita
lengser dari jabatan. Dan sudah saatnya kita untuk berhenti. Tapi
mengapa? Mengapa dia ingin kita tetap bertahan? Apa yang dia inginkan?
Keeksisan? Bersikaplah secara rasional. Jangan memikirkan eksternal.
Pikirkanlah keadaanmu. Kamu sudah kelas 3. Sudah cukup menebar pesona
saat PSP dan kelas 2 serta kelas 1. Biarlah, dikelas 3 ini kita
terkenal dengan murid yang berprestasi secara akademik. Lagi-lagi aku
tak tahu apa pikiran dia.

Sobat, akhirnya aku terima perintah dia. Dan aku baru menyadari,
Flashdisk-ku dipinjam temanku. Akhirnya aku memberi tahu temanku
dengan paniknya untuk segera mengirimkan file yang aku butuhkan. Dan
dia pun dapat mengirimkannya pukul 7 malam. Baiklah tak apa, yang
pentiik tidak lewat dari pukul 8 malam, karena saat itu tempat untuk
mencetak lembaran surat sudah tutup, dan itu artinya aku harus pergi
ke suatu tempat yang mengerikan. Agar tidak membuang waktu, akhirnya
aku mengetik daftar nama yang berhak untuk mendapat izin tidak belajar
karena menjalankan tugas. Akhirnya pukul 19.20 aku sudah selasai dan
menuju printer, namun saat ku hendak mencabut FD-ku yang terpasang di
usb. Dia memberi tahuku, bahwa seorang penyanyi tak dapat menjalankan
tugasnya. Akhirnya aku menunggu kabarnya. Sudah sekian lama, dia tidak
memberi kabar, siapa yang menjadi penyanyi dari kandidat yang dai
tentukan. Tak ada jawaban hingga waktu akan menunjukan pukul 8 malam.
Aku segera menyuruhnya untuk segera membuat keputusan. Tak ada
jawabam. Akhirnya aku pun memutuskan membuat suart dalam 3 versi.
Penyanyi lama, penyanyi dan kandidat, dan kandidat saja. Dengan
buru-buru aku menuju temapt mencetak, yaitu di fotocopy-an. Aku
melewati rumah kosong yang kata papaku dan kakakku dia suka melihat
cewek berambut panjang tersenyum ke arahnya, ditambah rumah kosong itu
dilengkapi pohon jambu. Rumah itu gelap dan kusam sobat. Tapi aku bisa
melewatinya. Oh iya aku kesana sendirian tak ada yang mengantarku.
Satu lagi yang harus kulewati. Sekolah dasar yang hanya dihiasi lampu
5 watt. Sekolah itu bekas kuburan, dan banyak anak-anaknya yang
kesurupan, dan menurut penduduk sekita sering ada seorang cewek yang
memanggil, tepatnya sih nenek-nenek, udah gitu sering terdengar suara
gamelan yang dimainkan secara kompak dan enak. Sekolah itu cukup luas,
namun semakin ke ujung sudah tidak ada lampu yang menerangi sekolah
itu. Namun dengan keberanianku yang kupaksakan, aku pun melewati
sekolah itu. Dan papan fotocopy-an telah terlihat di depanku. Dan aku
hanya tertatih lesu karena rolling dor fotocopy-an itu menutup semua
awak bangunan. Fotocopy-an itu telah tutup. Aku tak tahu , apakah aku
harus pulang? Ataukah aku harus pergi menuju warnet dekat dengan
pemakaman itu? Aku sudah takut untuk pergi kesana. Tapi mengingat aku
tak mungkin mencetaknya di sekolah karena jam dispen pukul 7 pagi,
akhirnya dengan keberanianku yang tersisa aku pun pergi ke warnet
sebelah rumah kosong dan kuburann itu. Di jalan aku berharap, warmnet
itu kosong agar aku dengan cepatnya pulang ke rumah. Tak terasa awan
mendung pun menitikkan air matanya ke tubuhku. Hujan?? aku pun semakin
cepat melangkah.

Akhirnya warnet itu kosong. Dan ini adalah perjuagan ku pulang ke
rumah dengan hujan rintik-rintik yang membasahi tubuhku,. Hanya
kegelapan atau penerangan lampu 5 watt yang menemani perjalananku.

Akhirnya aku sampai di rumah dengan selamat. aku pun memasang status
yang menunjukkan kekesalanku yang bersifat menyepet orang itu. Dan
saat waktu menujukkan pukul 20.40 HP ku bergetar pertanda sms masuk.
Orang itu memberi tahuku bahwa pertunjukkan itu dibatalkan karena
ketidaksiapan tim kami. Sobat, tahukah kamu bagaimana perasaanku waktu
itu? Tak sadarkah diaa dengan posisiku saat itu? Aku ingin marah
sobat. Tapi aku juga tak mungkin marah kepadanya. TERLALU BANYAK ORANG
YANG MEMMBUTAKNYA MENANGIS. . Sobat, dia tak tahu perjuanganku waktu
itu. Sobat, aku tahu dia memiliki segalanya. Aku tak punya printer
tidak seperti dia. Tapi tak sedikitpun dia menawarkan untuk mencetak
di rumahnya. Sobat, aku sakit hati karenanya. Apa yang sebenarnya yang
dia inginkan dariku? Aku akan menjauhi sahaabatku agar akkau tak lagi
mengambil semua yang ku punya.

No comments:

Post a Comment

Comment = respect = encourage ^^
Thank you ♥♥♥♥♥