Ini adalah cerita temanku
saat diwawancara dan mengikuti tes untuk bekerja di suatu tempat. Tidak ada
salahnya juga kan untuk berbagi?
Beginilah nasib menjadi
mahasiswa tingkat akhir, setelah selesai lulus sidang sibuk mencari pekerjaan.
Temanku mendapat kabar dari temannya bahwa sebuah perusahaan di Bandung sedang
mencari lulusan akuntansi. Akhirnya ia mengajukan lamarannya. Awalnya sih dia cuma
iseng-iseng, ditambah saingannya adalah lulusan S1, sedangkan dia hanyalah D3.
Tahapan pertama yang dia
lalui adalah tes teori akuntansi. Dia bersaing dengan 4 orang lulusan S1, jadi
yang melamar di sana, semuanya berjumlah lima orang. Setelah mengikuti tes
teori ada tes praktek, yaitu mengoperasikan microsoft excel. Pada tes kali ini
berjumlah tiga orang, dan temanku itu adalah salah satu dari ketiga orang yang
lolos tes teori. Kemudian temanku dibawa ke sebuah ruangan komputer, dan
pengujinya menyerahkan soal yang harus dia kerjakan di Excel. Pada tes kali
ini, satu orang – satu orang. Sehingga, di ruangan komputer, hanyalah temanku
sendiri. Sebelum penguji meninggalkan temanku, dia berkata, “Kamu sanggup
berapa lama ngerjain ini?”. Temanku menjawab, “Ini mah gampang 30 menit juga
beres.” Penguji itu meyakinkan, “Yakin?”. Temanku menjawab dengan mantap, “Iya”.
Penguji itu akhirnya pergi dan mengatakan bahwa ia akan kembali lagi ke sana 30
menit kemudian.
Akhirnya temanku sendiri
di ruang itu. Dan ketika ia baca baik-baik soal yang harus ia kerjakan di
Excel, dia kaget, “Ini soal kok banyak banget datanya, dan .... Ya ampun, gue
kan selalu nyontek dari temen pas ngerjain ini. Ga pernah gue ngerjain sediri
semasa kuliah...” Akhirnya, temanku hanya mengetik kembali dan menghias
tabelnya di Excel.
Tiga puluh menit
berlalu, penguji itu pun menghampiri temanku, “Udah selesai?”. Temanku
menjawab, “Udah”. Kemudian, penguji itu kaget ketika melihat jawaban dari
temanku.”Ini kenapa ga diisi? Mana jawabannya?”. Temanku menjawab, “Saya tau
sebenarnya itu gampang banget, tapi saya lupa rumusnya apa.” Temanku mengatakan
bahwa soal-soalnya hanyalah seputar penggajian, HLOOKUP, VLOOKUP, IF, tapi
seperti yang dikatakan oleh temanku, selama ini, dia menyontek dari temannya,
sehingga dia tidak tahu bagaimana cara mengerjakannya. Dia juga bilang,
sebenarnya bisa saja dia mencari jawabannya di internet, tapi pada saat itu dia
malas, dan pasrah saja, mungkin pekerjaan ini bukan jodohnya.
Saat ia terbangun dari
tidurnya dan mengecek telepon selulernya, dia terkejut karena mendapat banyak
panggilan tidak terjawab yang banyak. Dia juga tidak menelepon balik atau
mengirim pesan, yang ada dia malah mengomel, “Pagi-pagi gini rajin banget udah
telepon. Orang masih tidur juga.” Ga lama kemudian, nomor itu meneleponnya
lagi, dia pun menjawab degan ketus, dan
setelah ia tahu bahwa penelepon itu berasal dari perusahaan dimana ia melamar
pekerjaan, nadanya pun kembali normal. Dia tidak menyangka bahwa itu
panggilannya untuk interview. Ia pun bergegas mandi dan siap-siap karena ia
harus melakukan interview hari itu juga jam 11.
Ia datang ke kantor dan
resepsionis mengatakan bawa interviewer belum datang, jadi ia langsung suruh
menunggu di ruangannya. Ia pun masuk ke ruang interviewer dan duduk di sana
sambil memainkan telepon selulernya.
Akhirnya si interviewer pun
datang. Temanku adalah seorang yang “patuh” dan mengikuti apa yang dikatakan
oleh Bu Kombis (dosen yang mengajar mata kuliah Komunikasi Bisnis, sebut saja
Bu Kombis). Tata cara saat melakukan wawancara adalah ketuk pintu, ucapkan
salam, kemudian masuk, berjabat tangan dengan interview dan duduk jika memang
di persilahkan. Kemudian saat melakukan wawancara tataplah mata si interviewer.
Temanku, yang sudah
berada di dalam ruangan, akhirnya meminta izin interview kalau dia ingin keluar
ruangan. Akhirnya dia keluar ruangan, lalu ia mengetuk pintu, mengucapkan salam
dan masuk ke dalam. Interviewer yang melihat tingkah lakunya pun bingung, tapi
mengangguk-angguk. Kemudian temanku menyodorkan tanggannya untuk berjabat
tangan, dan interviewernya pun menyambut tangannya dengan bingung. Akhirnya wawancara
pun di mulai, pertama adalah memastikan bahwa yang ditulis di CV itu benar dan
menanyakan seputaran CV.
Sudah agak lama,
interviewer menatap temanku dengan bingung, “Kenapa nggak duduk?”. Temanku
menjawab, “Kan belum dipersilahkan duduk sama Bapak.” Kemudian interviewer itu
menyuruh temanku duduk. Dan memulai percakapannya kembali.
Interviewer : Apa yang kamu ketahui tentang perusahaan
kami?
Temanku : Nggak tahu.
Interviewer : Loh kok nggak tahu, katanya kamu pengen
kerja disini.
Temanku :
Iya saya juga udah baca berulang-ulang kali di internet, tapi saya ga
ngerti-ngerti ini perusahaan ngapain sih.
Interviewer : Yaudah, sengertinya kamu jelasin aktivitas
perusahaan ini.
Temanku : nggak ngerti Pak.
Interviewer : Berapa gaji yang kamu inginkan?
Temanku :
5 juta (tanpa mikir panjang, dia ingat kata bu Kombis kalau saat penawaran
gaji, kita harus menawarkan gaji yang tinggi, tidak terlalu rendah dan terlalu
tinggi juga, karena nego gaji itu menunjukkan harga diri)
Interviewer :
Oh maaf, kami belum bisa menggaji segitu.
Temanku :
4 juta deh
Interviewer :
Itu masih terlalu besar karena kerajaan kamu di sini sedikit.
Temanku :
3,5 juta
Interviewer :
Kami juga belum bisa menggaji segitu.
Temanku :
yaudah, 3,25 juta deh.
Interviewer :
Maaf, segitu juga masih ketinggian.
Temanku :
Yaudah deh, berapapun gaji di perusahaan ini saya mau.
Di akhir wawancara,
interview itu berjabat tangan dengan temanku dan mengucapkan selamat pada
temanku, bahwa dia hanyalah satu-satunya orang yang melakukan wawancara. Dan
itu artinya dialah yang lolos dan dia diterima di pekerjaan. Hahaha, pada kaget
juga kan, kenapa orang kaya dia kok bisa diterima di kerjaan, padahal dari cara
dia menjawab ~~~~~. Hahaha, itulah rezeki. Jujur, buat aku pengalaman wawancara
temanku tuh konyol banget dan lucu, itulah kenapa aku ceritain di sini.
Source : Teman penulis yang tidak bisa disebutkan namanya, just_eng.ru (pic)
Credit : Shein Shein
Please take full credit if you wanna copy this
No comments:
Post a Comment
Comment = respect = encourage ^^
Thank you ♥♥♥♥♥